teraju.id, Pontianak – Gawai Bahasa Ibu yang diselenggarakan oleh Indonesia Melestarikan Bahasa Ibu di Balai Kerja Rumah Melayu 21 Februari 2017 dihadiri sekitar 80 orang peserta dari kalangan dosen, mahasiswa, peneliti, budayawan, dan pegiat bahasa serta budaya lokal Kalbar. Acara ini berbentuk Dialog Bahasa Ibu yang bertujuan menggagas aksi dan gerakan dalam menyelamatkan bahasa ibu di Indonesia. “Gerakan Indonesia Melestarikan Bahasa Ibu merupakan upaya membangun kekuatan kekayaan bahasa dan budaya NKRI,” ujar Prof. Dr. Chairil Effendy selaku Ketua MABM Kalimantan Barat.
Gerakan Indonesia Melestarikan Bahasa Ibu menggandeng Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kalbar, MABM Kota Pontianak, Balai Bahasa Kalbar, Asosiasi Tradisi Lisan Kalbar,Pass, Projectil Production, dan Pustaka Rumah Aloy serta teman-teman media massa lokal, komunitas, dan pegiat bahasa dan budaya di Kalbar.
Seusai Dialog Bahasa Ibu dilakukan deklarasi Gerakan Indonesia Melestarikan Bahasa Ibu. Deklarasi bersama ini bertujuan untuk menjadi perhatian seluruh masyarakat Indonesia agar bergerak dan beraksi nyata menyelamatkan bahasa ibu yang ada di lingkungan sekitarnya.
Deklarasi dipimpin oleh Prof. Dr. Chairil Effendy yang juga pembina Gerakan Indonesia Melestarikan Bahasa Ibu. Deklarasi Gerakan Indonesia Melestarikan Bahasa Ibu ini diikuti semua peserta yang hadir.
Suara bergema dalam ruang Balai Kerja MABM Kalbar mengikuti suara Prof. Dr. Chairil Effendy, “Pada hari ini mari kita bergerak bersama untuk bergabung dan beraksi bersama dalam Gerakan Indonesia Melestarikan Bahasa Ibu. Mari Selamatkan Bahasa Ibu sebagai Identitas Peradaban Bangsa. Bahasa Ibu sebagai kekuatan dari kebinekaan dan keragaman di Indonesia.”
Pada kesempatan Dialog Bahasa Ibu pula Ketua Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kalbar menyumbang dana sepuluh juta untuk penerbitan buku bahasa dan sastra dalam bahasa Melayu dan Dayak Kalimantan Barat. “Saya sebagai Ketua Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kalbar menyumbang 10 juta untuk gerakan dan aksi Indonesia Melestarikan Bahasa Ibu,” tegas Prof. Dr. Chairil Effendy, M.S.
“Kami mengajak masyarakat di seluruh Indonesia untuk bergabung menjadi sukarelawan dan munsyi dalam Gerakan Indonesia Melestarikan Bahasa Ibu. Deklarasi ini kita mulai dari Kalimantan Barat untuk Indonesia,” ujar Dedy Ari Asfar pendiri dan penggagas Indonesia Melestarikan Bahasa Ibu.
Lebih lanjut Dedy Ari Asfar berharap akan ada lebih banyak lagi sukarelawan yang bergabung dalam Gerakan Indonesia Melestarikan Bahasa Ibu. Melalui gerakan ini akan lahir munsyi-munsyi yang pakar dalam bahasa ibunya sendiri melalui buku yang berbahasa ibu, baik fiksi maupun nonfiksi. Semoga ada banyak pula donatur yang mau berpartisipasi untuk menerbitkan buku dan kamus bahasa ibu yang telah dimiliki Indonesia Melestarikan Bahasa Ibu.