Oleh Yanti Mirdayanti
Sabtu, sebelum kami akan naik bus untuk pulang ke rumah masing-masing dari kampus karena lapar dan mengantuk.
Maskernya dibuka dulu karena ingin bergaya dulu. Lalu maskernya kita pakai lagi tentunya. 😷
Duh, kapankah Covid akan berlalu? Kini malah merajalela kembali di mana-mana. Semoga Hamburg tidak sampai ‘lockdown’ lagi seperti bulan Maret lalu.
Mulai hari Senin (besok) di Hamburg hanya boleh melakukan pertemuan maksimal 10 orang dari maksimal dua rumah tangga yang berbeda. Alkohol di tempat-tempat ramai tertentu di Hamburg ini sudah sejak beberapa minggu dilarang dijual, untuk mengurangi kerumunan anak-anak muda.
Negara-negara yang melakukan tes Covid terhadap jutaan warganya (seperti Jerman) bisa terus mendata setiap harinya, berapa pertambahan jumlah warganya yang terkena positif Covid. Dan setiap hari jumlah tersebut diumumkan di media (koran, radio, internet, dll.).
Kedua teman saya yang berjumpa kemarin pun sudah pernah melakukan tes. Mereka berdua negatif. Jika ingin melakukannya, karena merasa curiga misalnya, tinggal pergi ke dokter umum dan minta dites.
Masalahnya, kadang tubuh kita tampak sehat dan tak menunjukkan gejala apa-apa, padahal sudah terkena positif (ringan misalnya), namun karena imun tubuh bagus, maka seperti biasa-biasa saja tampaknya. Virus di tubuh pun lalu menjalar dari tibuh kita ke orang-orang sekitar kita. Itulah sang Covid!
Ini kami di depan kampus Universität Hamburg. Kami ada janjian bertiga kemarin. Mana tahan, suasana dedaunan yang berwarna-warna selalu menggoda untuk dijepret. Musim gugur yang selalu indah.
Di Massachusetts/USA suasana Oktober seperti ini biasa disebut ‘Indian Summer’. Suasana bulan Oktober di negara-negara bagian Amerika Timur itu memang lebih dramatis. Warna-warni dedaunannya lebih menyala, apalagi saat bermatahari. Indian-Summer seperti itu selalui menginspirasi untuk menulis puisi-puisi.
Hatur nuhun, lieber Dzikri Nurhabibi Nahrowi 🥰 sudah menemani bermain dengan daun-daun kemarin! Terasa segar saat menjamah daun-daun yang telah berjatuhan, lantai tanah agak basah.(*Penulis adalah kontributor Teraju News Network. Mengajar di Hamburg University)