teraju.id, Pontianak – Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri atau yang disingkat SBMPTN tahun 2017 telah berlangsung 16/5/17. Suasana ramai terlihat di banyak lokasi yang digunakan mengikuti ujian SBMPTN.
Lokasi yang digunakan tidak hanya di fakultas-fakultas yang ada di Universitas Tanjungpura, tetapi beberapa sekolah di sekitar Jl. A Yani seperti SMA Negeri 3 dan SMK Negeri 3 yang berada di Jl. WR. Supratman.
Ujian dilaksanakan dalam dua sistem, yaitu sistem manual dan sistem komputer. Sistem komputer atau CBT ini telah diterapkan pada tahun sebelumnya. Sedangkan ujian keterampilan dilaksanakan pada hari Rabu dan/atau Kamis 17-18 Mei 2017. Ujian keterampilan dikhususkan untuk beberapa jurusan tertentu seperti Seni Tari.
Pelaksanaan ujian mulai dari pukul 07:00 hingga 14:30. Waktu pelaksanaan ujian SBMPTN ini terbagi sesuai dengan jurusan pilihan peserta masing-masing . Suasana ujian tidak jauh berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, sistem ujian pun tidak ada perubahan signifikan.Tetapi untuk jurusan Soshum atau Sosial Humaniora, beberapa peserta mengeluhkan sulitnya soal ujian, khususnya pada soal-soal bidang studi sejarah.
Yang soal sejarah susah, diluar dugaan. Misal, pada latihan-latihan soal yang saya pelajari membahas tentang kebudayaan masyarakat prasejarah, orde baru, dan penjajahan secara sekilas tidak mendalam. Tetapi pada soal tahun ini mencakup materi yang terlalu dalam yang tidak biasa muncul dalam latihan-latihan soal, seperti peradaban Islam di Nusantara, itu bagian materi yang menurut saya sulit, ujar Dhika, peserta SBMPTN 2017 yang mengambil akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura sebagai pilihan jurusan.
Sulitnya soal SBMPTN tahun ini dibenarkan oleh peserta lain, Reza. Ia menuturkan bahwa memang tingkat kesulitan soal tahun 2017 ini lebih dibandingkan tahun lalu, terlebih pada bidang studi sejarah. Pada soal-soal sejarah banyak membahas tentang tokoh dan organisasi yang menurutnya cukup sulit diingat karena jumlahnya yang tidak sedikit. Buat mata pelajaran lain kurang lebihlah dengan tahun lalu (tingkat kesulitannya), ujar Reza yang tetap bersemangat mengikuti ujian SBMPTN untuk kedua kalinya ini.
Tetapi, pendapat berbeda diutarakan peserta lain yang juga mengambil jurusan Soshum. Peserta yang enggan dituliskan namanya ini mengaku tingkat kesulitan soal tidak terlalu tinggi, meskipun pada bidang studi sejarah yang menjadi momok bagi peserta ujian SBMPTN lain. Untuk mengisi soal-soal bidang studi sejarah sendiri, ia mengaku mendapatkan ilmu dari jurusan kuliah yang ia ambil hampir dua semester belakangan di sebuah universitas swasta. Ia mengaku mengikuti SBMPTN lagi karena ingin mencoba kemampuan diri sendiri.
Pada dasarnya, sulit tidaknya soal ujian ini tergantung dari kemampuan dan kesiapan masing-masing peserta. Meskipun telah belajar dengan giat, dan menggunakan metode tersendiri seperti menggunakan video dan internet sebagai media belajar. Para peserta SBMPTN ini mengaku pasrah apapun hasilnya nanti karena mereka telah berusaha semaksimal mungkin. (Mia Islamidewi)