Pelantikan Pemuda Muhammadiyah Kalbar 2018-2022
Kaum muda turut memiliki peran vital, dalam menjaga kedaulatan dan pembangunan, namun akan pudar dan terkikis semangat kebangsaan tersebut bilamana tidak dirawat dan dipercaya sebagai generasi masa depan yang akan melanjutkan estafet pembangunan di Negara ini.
Berkaitan dengan hal tersebut, Gubernur Sutarmidji akan menjadi keynote speaker pada acara Pelantikan dan Seminar Akbar yang dihelat Pemuda Muhammadiyah Kalbar di Aula Universitas Muhammadiyah Pontianak, Sabtu, (21/12).
Diharapkan dengan adanya Seminar Kebangsaan ini dapat menjadi solusi yang konstruktif, dan Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Kalimantan Barat dengan tanggung jawab yang nyata dapat berperan secara langsung sebagai generasi masa depan tersebut. Generasi masa depan itu adalah generasi milenial, generasi digital.
Pemuda Muhammadiyah didirikan di Yogyakarta pada tanggal 26 Zulhijjah 1350 Hijriyah, bertepatan dengan tanggal 2 Mei 1932 Miladiyah. Pemuda Muhammadiyah adalah organisasi otonom Muhammadiyah, yang merupakan gerakan Islam, amar ma’ruf nahi munkar, bersumber pada Al-Quran dan As-Sunnah. Pemuda Muhammadiyah berfungsi menghimpun, membina dan menggerakkan potensi pemuda Islam demi terwujudnya kader Persyarikatan, kader umat dan kader bangsa dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah.
Pemuda Muhammadiyah merupakan suatu gerakan yang sejak awal diharapkan KH. Ahmad Dahlan dapat melakukan kegiatan pembinaan terhadap remaja/pemuda Islam di Indonesia. Dalam Kongres Muhammadiyah ke-21 di Makassar pada tahun 1932 diputuskan berdirinya Muhammadiyah Bagian Pemuda, yang merupakan bagian dari organisasi dalam Muhammadiyah yang secara khusus mengasuh dan mendidik para pemuda dalam keluarga besar Muhammadiyah. Keputusan Muhammadiyah tersebut mendapat sambutan luar biasa dari kalangan pemuda, sehingga dalam waktu relatif singkat Pemuda Muhammadiyah terbentuk di hampir semua ranting dan cabang Muhammadiyah. Cabang Pemuda Muhammadiyah itu salah satunya adalah Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadyah Kalimantan Barat (PWPM Kalbar).
Pemuda Muhammadiyah memegang peranan penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. Di lapangan ketatanegaraan, Pemuda Muhammadiyah patut berdiri bersama “Negara” dengan menuangkan ide, gagasan, hingga terlibat memberikan kontribusi dalam pembangunan. Dalam mengawal demokrasi dan ideologi bangsa, tentu salah satu organisasi kepemudaan di Indonesia ini juga berada pada garda terdepan. Hal ini tercermin pada kegiatan atau kerja nyata yang telah berlangsung selama ini, sebagai mitra dari pemerintah dan masyarakat.
Indonesia hari ini sedang mengalami pekerjaan berat dalam pembangunannya. Ancaman disintegrasi bangsa kian nyata, merosotnya rasa nasionalisme, serta ketimpangan kesejahteraan yang belum terselesaikan. Apakah Indonesia sedang mengalami perang asimetris dengan sadar atau tidak disadari? Bila benar, hal tersebut harus ditanggulangi dengan upaya preventif maupun represif. Perang asimetris merupakan perang konvensional yang dikembangkan, tetapi dengan cara berpikir tak lazim, memiliki spektrum sangat luas karena mencakup astagatra (delapan aspek kehidupan) yang meliputi trigatra dan pancagatra. Trigatra terdiri atas aspek geografi, demografi, dan sumber daya alam (SDA), sedang pancagatra meliputi aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial, dan budaya.
Begitulah definisi Dewan Riset Nasional (DRN) terhadap ancaman Non Militer kepada Indonesia sebagai sebuah Negara. Ancaman Non Militer ini, tak cuma datang dari luar, akan tetapi dari dalam. Benturan dari keduanya, sama kuat. Maka dari itu, tugas semua pihak dalam mensinergikan potensi positif untuk menjaga ideologi, ketahanan, keamanan bangsa, maupun pembangunan (sumber daya manusia dan infrastruktur).
Wilayah Kalimantan Barat merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan negara lain. Berdasarkan laporan yang disampaikan Indonesia Development Forum, bahwa kendala yang dihadapi dalam pembangunan daerah perbatasan, kepulauan terluar dan daerah tertinggal, antara lain: rendahnya akses ke pelayanan dasar; rendahnya kapasitas sumber daya manusia; terbatasnya akses ke lembaga keuangan, pasar, dan aktivitas ekonomi; rendahnya aksesibilitas dan konektivitas wilayah ke pusat-pusat pertumbuhan; kurangnya pemahaman tentang manejemen aset dan sumber daya alam secara berkelanjutan; serta kurangnya perhatian pada karakteristik sosial dan budaya lokal.
Institusi Negara patut ekstra keras dan intensif dalam pelibatan kelompok-kelompok masyarakat, golongan-golongan, dan lainnya untuk membahas persoalan tersebut. Hal ini kemudian menjadi catatan penting bagi Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Kalimantan Barat. Bahwa dari seluruh wilayah Kalimantan Barat yang bersentuhan langsung dengan daerah perbatasan hanya beberapa wilayah saja yang mampu mengembangkan potensi dan pengembangan ekonomi wilayahnya, sebagian besar wilayah hanya sebatas batas gerbang perbatasan yang secara khusus belum mampu menjadi solusi serta ditambah lagi dengan bermacam masalah dan kompleksitas yang berbeda-beda di setiap wilayah perbatasan.
Maka dari itu penting untuk diselenggarakan Seminar Kebangsaan dengan Tema “Merajut Erat Pancasila di Tapal Batas Kalimantan Barat (Ejawantah Konsepsi Muhammadiyah tentang Darul Ahdi Wa Syahadah)”, dengan diiringi Pelantikan Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah Kalimantan Barat 2018-2022.
Konsep Muhammadiyah soal “Negara Pancasila sebagai Darul Ahdi Wa Syahadah (Dar Al-‘Ahdi Wa Al-Syahadah)” diputuskan dalam Muktamar Muhammadiyah ke-47 pada 3-7 Agustus 2015 di Makassar. Menurut Prof. Dr. Haedar Nashir, Ketua Umum PP Muhammadiyah: “Darul ahdi artinya negara tempat kita melakukan konsensus nasional. Negara kita berdiri karena seluruh kemajemukan bangsa, golongan, daerah, kekuatan politik, sepakat untuk mendirikan Indonesia.
“Sedangkan darul syahadah artinya negara tempat kita mengisi. Jadi setelah kita punya Indonesia yang merdeka, maka seluruh elemen bangsa harus mengisi bangsa ini menjadi Negara yang maju, makmur, adil dan bermartabat,” ujar Dr. (Cand) Nurhadianto, M.Pd, Ketua Pimpinan Wilayah Pemuda Muhammadiyah yang akan dilantik pagi ini.