Oleh: Mita Hairani
Sabtu, 17 Agustus 2019 kami mahasiswa peserta KKN Kebangsaan 2019 yang ditempatkan di Badau, perbatasan Indonesia-Malasyia diundang untuk mengikuti Upacara Peringatan Kemerdekaan Indonesia yang ke 74.
Kami memang tidak seperti kelompok KKL lainnya yang kulihat di media sosial rata-rata menjadi panitia untuk perayaan hari kemerdekaan ini. Undangan yang diberikan kepada kami juga bukan undangan resmi. Namun kami tetap memenuhi undangan itu.
Ada kebanggaan tersendiri bagiku bisa menjadi peserta upacara pada perayaan tujuh belasan di perbatasan Indonesia, tepat di samping PLB (Pos Lintas Batas) yang berdiri megah. Di sebuah tempat yang menjadi icon bangsa ini.
Kami dijemput di SMPN 1 Badau menggunakan mobil tentara. Ada 3 buah mobil tentara yang menjemput kami dan seluruh siswa SMPN 1 Badau sehingga kami harus menunggu kurang lebih setengah jam. Meski paling terakhir, aku tetap merasa nyaman sepanjang perjalanan. Mobil tentara terbuka di bagian belakangnya sehingga kami dapat menikmati perjalanan mulus yang berkelok-kelok khas perbukitan ditambah dengan indahnya pemandangan pegunungan dibayangi angin sepoi-sepoi. Bahkan ketika sudah sampai, rasanya tak ingin turun.
Begitu kami sampai, ternyata ramai sekali pejabat, pegawai, dan siswa yang akan mengikuti upacara. Eka sebagai salah satu protokoler pada Upacara ini mengatakan bahwa ada beberapa pejabat dari Malasyia dan ajudannya juga ikut diundang.
Begitu sampai, kami kebingungan mencari barisan, karena masing-masing barisan sudah disediakan plang nama, apalagi kami hanya bersembilan karena Eka harus standby di depan. Tak lama kemudian, panitia beberapa kali mengatakan bahwa mahasiswa KKL IAIN Pontianak dapat berbaris di barisan pegawai BUMN. Setelah kami cari ternyata pegawainya menggunakan kemeja polos rapi warna biru cerah. Aku jadi merasa minder karena kami hanya menggunakan jaket KKL dengan warna jilbab yang tidak sama.
Upacara berjalan dengan khidmat. Terasa sekali haru terutama saat anggota Paskibra mengibarkan sang merah putih dan detik-detik Proklamasi. Saat itu aku mendengar suara seperti meriam, sirine, dan petasan. Rasanya seperti kembali ke masa peperangan, masa dimana para pejuang mengorbankan jiwa dan raga demi kemerdekaan Indonesia.
Begitu upacara selesai, kami diundang makan bersama para tamu penting dan anggota paskibraka di pasar wisata. Sesuatu yang tidak diduga.
Setelah selesai makan kami langsung diantar ke posko menggunakan mobil polisi. Peringatan Hari Kemerdekaan ini semoga dapat memperkuat nasionalisme masyarakat perbatasan. (*)