Oleh: Nurhasanah
Jumat pagi, rumah Mak Nai sudah ramai didatangi oleh tetangga. Kedatangannya bukan tanpa alasan. Jumat pagi memang sudah dijadwalkan oleh Mak Nai untuk “mileh beras” di rumahnya, sebab dua minggu lagi akan ada acara pernikahan anaknya.
Kegitan gotong royong mileh beras ini sudah menjadi tradisi masyarakat Paret Wan, Segedong, ketika akan mengadakan acara pernikahan. Beras hasil panen sendiri adalah bahan pokok untuk acara tersebut, sehingga jumlah beras yang disediakan cukup banyak. Sebelum hari H, banyak yang harus disiapkan, seperti, membuat kue, masak-masak, membuat serapoh dan kegiatan lainnya yang berkaitan dengam acara. Maka dari itu masyarakat pasti ramai datang untuk membantu. Tuan rumah harus menyiapkan untuk makan dan minum tamu.
Mileh beras sedikit memakan waktu. Sebab beras yang dimesin biasanya masih banyak antah (masih bentuk padi). Jika demikian proses mileh beras akan lama apalagi jumlah beras yang dipilih lumayan banyak. Jika demikian proses penjemuran harus diperhatikan. Jika tidak hasil dari penggilingan akan hancur dan banyak antah. Biasanya mereka yang menjemur harus mencoba dengan cara menggigit padi. Jika masih hancur maka belum bisa digiling harus lanjut dijemur, dan sebaliknya jika digigit tak hancur maka sudah boleh diangkat dari tempat penjemuran.
Gotong royong mileh beras ini sangat membantu untuk mereka yang akan ada acara, sebab jika dikerjakan sendiri membutuhkan waktu cukup lama. (ACM)