Oleh :Tia Oktavianti
Hari ini aku akan memulai kegiatan seleksi Duta Literasi. Aku merasa begitu gugup, cemas dan khawatir. Aku takut tidak bisa menampilkan persentasi dengan baik. Setelah dinyatakan lolos ke tahap berikutnya, aku merasa senang. Aku tak menyangka bisa lolos sebagai bagian dari nominasi Duta Literasi. Ketika itu kami diminta untuk membaca buku yang ditulis oleh penulis lokal dari Kalimantan Barat. Kemudian aku berpikir "Aku punya banyak koleksi buku, namun aku merasa tidak memiliki koleksi buku lokal", gumamku dalam hati.
Setelah pengarahan selesai aku mulai mencari buku untuk bahan persentasiku. Aku menemui Kak Mita mentorku, dan berbincang tentang tahap pertama seleksi yang telah aku ikuti. Aku mengatakan pada Kak Mita bahwa aku tidak mempunyai koleksi buku lokal. Kak Mita pun membantuku untuk mencari buku lokal untuk bahan persentasiku. Aku pun diajaknya untuk menuju ke Club Menulis. Aku dan Kak Mita mencari buku lokal, dan akhirnya aku menemukan buku yang berjudul "In Memoriam 97" yang ditulis oleh Ambaryani dkk. Kemudian aku juga menemukan buku yang berjudul "Temanku Orang Pribumi Kalimantan Barat" yang ditulis oleh Yusriadi dkk. Aku pun meminjam buku tersebut, dan duduk sejenak membaca buku tersebut. Aku tertarik kepada kedua buku itu akhirnya aku pun meminjam kedua buku tersebut.
Setelah pulang dari Kampus, aku mencoba membaca buku yang aku pinjam. Buku yang pertama aku baca adalah buku yang berjudul In Memoriam 97. Namun aku tidak paham dengan isi buku tersebut. Akhirnya aku mencoba membaca buku yang lain. Aku membaca buku Temanku Orang Pribumi Kaliamntan Barat. Ketika membaca buku itu aku menemukam suatu hal baru, namun aku belum juga dapat memahami isi dari buku tersebut. Aku pun berhenti membaca dan memilih mengistirahatkan diri. Aku menyibukkan diri dengan hal yang lainnya. Aku memilih menyelesaikan tugas Kampus yang mungkin memang belum waktunya untuk dikumpulkan.
Saat itu aku mengerjakan editan buku kelasku. Ada sekitar 95 tulisan yang harus aku edit. Sembari menenangkan pikiran aku pun memilih mengedit saja. Namun walau begitu aku masih memikjrkan buku apa yang akan aku jadikan sebagai bahan persentasi besok. Pikiranku terbagi dua. Ragaku mengerjakan tugas mengedit buku kelas, namun jiwaku berada pada persiapan untuk persentasi esok hari.
Malam harinya aku masih belum tahu buku apa yang ingin aku jadikan bahan persentasi untuk pertemuan besok. Aku mengobrak-abrik buku yang aku miliki. Tak sengaja aku menemukan buku yang berjudul "Gaya Orang Singkawang Merawat Kerukunan". Aku baru ingat bahwa pada pertemuan Rumah Literasi beberapa waktu lalu aku pernah menjadi peserta terbaik. Aku pun pernah mendapat hadiah buku yang ditulis oleh penulis lokal. Aku hanya bisa tertawa saja melihat semua ini. "Aku ini memang dasar pelupa atau apa sih?", ujarku pada diri sendiri.
Padahal buku ini pernah aku baca sebelumnya, namun aku belum bisa memahami maksud dari isi buku ini. Akhirnya aku ambil buku itu, namun hanya aku simpan di samping laptopku. Aku berpikir, karena aku sudah membaca buku ini bebrapa waktu lalu, jadi nanti saja aku membacanya lagi. Aku sudah merasa tenang, karena bahan untuk presentasi sudah ada, hanya tinggal membaca dan mempelajari ulang kembali buku tersebut. Aku hanya perlu benar-benar memahami isi dari buku itu. Aku memutuskan setelah salat Isya atau mengajar adikku baru akan memulai membaca dan mempersiapkan segala yang dibutuhkan untuk besok.
Setelah selesai dengan semua kegiatanku, aku pun memulai membaca buku itu kembali. Ketika membaca buku itu, memoriku seperti mengatakan bahwa aku pernah membaca buku ini. Memang benar aku pernah membaca buku ini. Waktu itu aku sangat tertarik dengan buku ini. Dari judulnya saja sudah menarik, apalagi isi dari buku tersebut. Dan hari ini aku pun akan mengulang lagi untuk membaca. Sembari membaca aku memang suka membuat catatan kecil, kesimpulan atau analisa dari buku yang aku baca. Setelah aku membaca maka aku akan membaca kembali analisa yang telah aku buat.
Aku mencoba untuk memahami apa yang telah aku tulis. Ternyata memahami itu tidak semudah yang dibayangkan. Memang benar membaca saja tidak cukup, sebelum kita bisa memahami maksud dari buku yang telah kita baca. Dari buku ini aku banyak belajar tentang pentingnya toleransi. Aku pun belajar dari pengalamanku. Aku pernah memilih teman dalam bergaul. Aku tahu itu salah, maka dari itu aku berusaha untuk tidak mengulanginya lagi. Dan aku juga belajar untuk selalu menjunjung toleransi dalam bergaul. (*)