Oleh: Dini Presti Billia
Kesan yang saya rasakan selama menulis sangat luar biasa. Banyak hal-hal baru yang didapatkan dalam menulis. Selama menulis saya menjadi terbiasa dalam menemukan kosa kata baru yang awalnya sangat jarang dipergunakan.
Awal menulis, saya merasa sulit karena tidak ada bimbingan langsung mengenai cara menulis dan kesusahan dalam pengembangan tulisan. Sangat susah pula dalam penentuan judul yang akan ditetapkan. Sempat mengalami revisi berkali-kali mencari judul yang pas untuk sebuah buku yang sedang ditulis. Tetapi setelah dijalani, saya merasa tidak ada hal yang sulit jika kita mau belajar serta berusaha.
Saya mengerjakan semuanya dengan santai tetapi serius. Jadi kesusahan-kesusahan yang saya sudah lewati terbayarkan dengan hasil buku yang saya garap. Pada saat melihat cetakan buku pertama betapa bangga dan senangnya. Karena yang awalnya saya berpikir tidak akan mampu menembus sampai 14 ribu ribu kata. Tetapi jika dikerjakan dengan niat yang sungguh-sungguh suatu hal yang sulit akan terasa mudah. Malah, saya menulis sampai 16 ribu kata.
Dalam proses pembuatan saya digiring untuk menonjolkan unsur-unsur lokal agar tulisan saya menjadi unik dan menarik. Saya cukup mendapat kemudahan, karena saya langsung bertanya kepada narasumber yaitu ayah. Jadi pada penulisan lokalitas tidak mengalami kesulitan.
Dengan adanya kelas literasi menambah wawasan dan semangat untuk lebih giat dalam belajar. Kelas literasi memberikan dampak positif bagi saya pribadi. Saya mempunyai kebanggaan tersendiri karena mempunyai karya pertama. Buku yang sudah saya buat dalam program Rumah Literasi FUAD ini.
Buku yang berjudul Petani Tanjung Bunga, Sanggau: teruntuk ayah yang tak kenal lelah. Buku ini merupakan buku biografi yang ditujukan kepada objek-objek yang berbeda bentuk. Pertama, tentang seorang yang selalu menjadi cinta pertama anak perempuannya. Seorang yang lantang mengumandang adzan ketika jiwa barunya keluar melihat dunia. Dia adalah ayah, pahlawan keluarga yang kokoh punggungnya untuk memberi kebahagiaan.
Kedua, tentang sebuah desa. Desa pemiliki sifat menghargai yang sangat mengagumkan saya yang menulis. Di mana di desa tersebut terdapat berbagai tradisi dan budaya yang ada. Menceritakan gambaran umum tentang desa serta ha-hal menarik dari desa tersebut. Mulai dari kegiatan pertanian, hubungan antar dusun yang ada, kerukunan yang terjalin, sifat menghargai, dan sifat toleransi. Inilah masyarakat yang harum bak Tanjung Bunga.
Begitulah sinopsis dari buku yang sudah saya buat. Saya sangat berterima kasih dengan adanya program kelas literasi ini yang sudah membantu untuk menyelesaikan buku pribadi.
Buku ini, kebanggaan bagi diri sendiri melihat pencapaian yang besar, dan hal ini patut untuk saya syukuri. (Peserta Rumah Literasi FUAD, IAIN Pontianak).