Oleh: Rizki*
Saya Riski yang sekarang mahasiswa IAIN Pontianak jurusan ilmu Al Qur’an dan Tafsir (IAT). Saya Penerima Beasiswa BAZNAS. Sebelum saya masuk ke perguruan tinggi ini. Saya mempunyai pengamalan mengafal Al Qur’an di pesantren Darul khairat, yang terletak di jalan Dr. Wahidin Sudirohusodo. Keinginan saya masuk ke lembaga Tahfiz ini sebenarnya hanya melancarkan bacaan Al Qur’an saya seiring dengan berjalannya waktu akhirnya saya tertarik untuk mencoba menghafal sedikit demi sedikit, mulai dari ayat, surah sampai juz.
Sebelum menghafal ada tatacara yang harus diikuti Dalama menghafal, pertama seorang pengahafal diharuskan mempunyai hati yang ikhlas karena Allah SWT. Hal, ini akan berpengaruh pada proses mengahafal nantinya. Kedua, seorang penghafal dituntut untuk selalu Istiqomah dan sabar dalam mengahafal, karena seberat apapun pekerjaan yang kita lakukan kalau dibarengi dengan sabar dan istiqamah akan membuah hasil yang sangat luar biasa.
Dengan mengucapkan “Bismillahirrahmanirrahim” saya mulai menghafal. Kegiatanku dimulai pada waktu setelah salat subuh, ustadz menerima setoran kami. Ada yang menyetor 1 halaman, 1 lembar, bahkan samapai 2 lembar dalam sekali setoran. “Ini sangat luar biasa”. Ucapku dalam hati.
Setelah kami menyetorkan hafalan dan jam menunjukkan pukul 07:00 berakhir sudah kegiatan kami pagi ini. Saya dan kawan-kawan dulu untuk merefresh untuk otak dan pikiran supaya tidak down. Kawan-kawan ada yang tidur, mandi, dan ada pula yang jajan di kantin. Saya sendiri masih sibuk menghafal karena hafalan saya masih sedikit ingin mengejar kawan-kawan yang lain yang sudah dapat 5 Juz. Setelah mengaji sekian lama akhir badan ini mulai tak kuat duduk, mata sudah tidak bisa diajak kompromi dan memori pun sepertinya sudah penuh akhirnya saya mengistirahatkan diri (BOPAG). Bobo-bobo pagi, hehe.
Jam alarm sudah berbunyi jam menunjukkan pukul 11:00. Saya bangun dan bergegas untuk mandi, saya melihat kawan-kawanku masih ngorok terlelap dalam mimpi. Saya pun mengambil peralatan mandi lalu menuju ke parit yang letaknya lumayan jauh dari kamarku. Setengah jam saya membersihkan badan ini saya pun beranjak menuju kamar, lalu mempersiapkan salat Zuhur, sambil menunggu waktu salat saya sempatkan untuk mengulang-ulang hafalan yang telah saya hafalkan tadi.
Setelah salat zuhur kami makan siang sama-sama seperti biasa ala pesantren 1 Talam muat 7 tangan ditemani ikan tak bertulang (Tahu Tempe) menu utama kami, hehe. Setelah Ishoma kami mengulang-ngulang hafalan/murojaah hafalan dan ustadz pun setia menunggu kami sampai jam 2 siang. Rasa capek penat pun sudah ada dan kami pun lanjut bocin alias bobok siang.
Tak terasa, belum terlelap tidur tiba-tiba suara Azan Asar telah berkumandang, dengan berat hati saya paksakan badan ini untuk bangun karena teringat pesan ustadz, “Kalau kamu sudah masuk ke sini tidak usah setengah-setengah, ibarat mandi jangan cuman basah setengah, sekali mandi nyebut sekali biar sempurna basahnya”. Kata- kata ini yang membuat hati saya kembali semangat, sambil berjalan saya ke WC pun masih teringat.
Salat Asar berjamaah telah dilaksanakan kami meyetor hafalan ulang yang pagi di setorkan sampai jam 5 sore. Setelah itu mandi dan mempersiapkan diri untuk salat Magrib, setelah salat Magrib sampai waktu Isya, kami diajari Tartil oleh ustadz yang berama Saiful Ummah, beliau adalah guru tugasan dari Jawa timur, Madura.
Setelah salat Isya kami membuat setoran hafalan yang baru dan akan disetorkan pada subuh nanti. Dalam membuat hafalan baru kesulitan mengafal sudah menjadi makanan sehari-hari kadang yang di bawah dilancarkan di atas yang lupa. Namun tekad saya untuk menyelesaikan Qur’an saya sangat kuat, walaupun susah mengafal, banyak cobaan, tetap harus saya jalani demi menggapai cita-cita yang mulia Amin.(*Penerima Beasiswa BAZNAS)