Siapa yang Gila?

2 Min Read

Oleh : Khatijah

Ketika seorang bapak memberi tahuku bahwa kakek yang sedang memungut sampah itu gila, aku bertanya-tanya: sebenarnya orang gila itu seperti apa?

–*–

Pukul 05:10 WIB, dermaga Pemangkat sudah mulai penuh. Penjajap, Pemangkat yang memang tempat masyarakat Jawai berlalu-lalang, ada yang menyeberang dari Jawai ke Pemangkat dengan berbagai tujuan.

Pagi itu aku bertujuan menyeberang ke Jawai. Melalui pelabuhan itu.

Kakek tua berbadan kurus, berkulit putih, kepala botak, bermata beda dibandingkan aku, menggunakan celana kain berwarna coklat, baju kemeja lengan pendek berwarna biru tua yang dimasukannya ke dalam celana kainnya, diikat dengan tali rapia berwarna hijau.

Denganmulut menggerutu, mimik wajah marah, tangan memungut sampah.

Motor air (klotok) pertama dari Jawai sudah sampai ke dermaga Pemangkat. Tidak banyak yang menyeberang kali itu, hanya 12 an orang.

Penjual sayur dari Singkawang mulai berdatangan berjejer memarkirkan motor sayurnya di tepian sungai menunggu petugas motor air menaikannya ke atas klotok.

Kakek itu menarik perhatianku, ia memunguti sampah lalu dimasukkannya ke dalam baju kemejanya. Seseorang menghampirinya, menepuk pundaknya ketika kakek itu mengambil puntung rokok. Entah apa yang dibicarakan mereka berdua aku tak bisa mendengarnya karena memang jarakku cukup jauh. Kakek itu tetap memungut sampah yang terlihat olehnya, tetap dengan mulut yang menggerutu. Kini kakek itu tepat di samping halte di bawah pohon ketapang. Dia memunguti daun ketapang yang berjatuhan seraya tetap memasukannya ke dalam bajunya.
Seseorang menghampirinya lagi menyebut namanya, aku lupa siapa. Dia menegur kakek itu.

“Kotor yewe,” ujarnya dengan logat khas Melayu Sambas. Kakek itu tidak memperdulikannya. Tangannya tetap memungut daun ketapang, tetap juga dengan mulutnya yang menggerutu.

Lalu seseorang membuang puntung rokoknya, kakek itu langsung memungutnya dan melotot ke arah seseorang itu dengan mimik muka marah dan mulutnya yang semakin jadi menggerutu.

“Sebannarnye kau tokwe gille ke daan, bancik inyan meliat sampah betaboran,” ujar seseorang yang membuang puntung rokok tadi.

Kalimat terakhir itu membuat aku geli sendiri.

Orang itu seperti aku, sulit membedakan gila atau tidak kakek itu. (Khatijah/Club Menulis)


Kontak

Jl. Purnama Agung 7 Komp. Pondok Agung Permata Y.37-38 Pontianak
E-mail: [email protected]
WA/TELP:
- Redaksi | 0812 5710 225
- Kerjasama dan Iklan | 0858 2002 9918
TAGGED:
Share This Article