Oleh: Ambaryani
Senin pagi 18 Desember saat saya turun dari rumah Pontiannak menuju Kubu, ada yang tak biasa. Yang sudah-sudah, kalau sampai wilayah Rasau-Sungai Bulan, jalanan pasti ramai.
Tapi, kali ini lengang. Tak banyak yang lalu lalang. Saya belum ngeh waktu itu. Pas sampai di penyeberangan Sungai Bulan, baru saya ingat. Ini sudah musim libur anak sekolah.
Tak hanya jalan yang lengang, di penyebrangan pun sepi. Tak ada Bu Rape’ah dan Pak Syaridi yang selalu nyeberang bersamaan. Motor klotok juga tak begitu sibuk.
Tak ada si putih dongker. Mereka sedang menikmati musim libur sekolah.
Di rumah juga, hanya tingal saya dan teman yang sama-sama di kantor camat. Teman yang guru, sudah meleggang kangkung.
“Da…tingallah kitak beduak di rumah. Kamek lamak libur…”, kata Kak Rina sebelum dia pulang ke Pontianak.
Ada yang hilang, tapi ada juga yang datang. Begitu sampai di Kubu, SMPN 1 yang posisinya pas depan kantor camat juga sepi. Biasanya begitu sampai kantor, parkiran sudah penuh. Kadang sampai tak bisa lewat.
Tapi sekarang pagi-pagi lengang. Justru sungai yang lebih ramai. Ada anak-anak yang pegang pancing, ada juga yang sudah nyebur ke sungai. Ciri khas anak di kampung dalam mengisi liburan. Mereka berinteraksi dengan alam.
Kalau di Pontianak, musim libur begini, mall, kolam renang, Korem, taman Akcaya, borneo centra busines, serta objek wisata pantai akan full. Omset mereka akan melonjak tajam hingga berakhirnya libur sekolah, Natal plus tahun baru.
Bahkan untuk musim begini, bus angkutan unum jadi berkurang. Karena lebih memilih carteran ketimbang ngerip Pontianak-Sambas. Banyak yang tak jalan.
Banyak yang mendapat rezki nomplok di musim liburan. (*)