Tulisan ini boleh dikatakan sebagai catatan refleksi bagi personal penulis dan semoga saja berefek manfaat untuk pembaca. Akan penulis mulai dengan memuat stigma yang selama ini rupanya salah meskipun hanya dimiliki oleh sedikit orang saja.
Sebenarnyamakna bersama ini dikupas dalam sudut pandang religiositas. Dimana disana terdapat distorsi makna oleh sekte-sekte yang menyalahi jalur syariat. Tetapi, penulis tertarik membahasnya secara umum. Sebab makna yang dimaksud tidak memihak pada satu aspek saja.
Memahami kata yang asing tentu terasa sulit. Namun, tak jarang pula kata yang sering terdengar, arti dan maksud pastinya belum utuh dipahami. Dalam hal ini adalah kata “bersama.” Merujuk dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) versi aplikasi luring resmi Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI dijelaskan bahwa bersama berarti berbareng; serentak.
Sepintas bisa jadi orang akan memahami bersama adalah keadaan dimana dua orang atau lebih berada dalam satu tempat dan waktu untuk melakukan sesuatu secara sama-sama. Rupanya, makna bersama tak sesempit itu.
Berangkat dari kepergian penulis untuk menghadiri sebuah majelis di Paris 2, Pontianak, di salah satu masjid disana. Berdasarkan apa yang ditangkap penulis dan sekarang sudah menjadi pandangan yang terekam dan membekas. Bahwa bersama bukan hanya soal bersama-sama dalam satu tempat dan ruangan yang sama. Akan tetapi, juga mencakup keterikatan antara satu pihak dengan pihak lain.
Oleh karenanya, disebut juga bersama apabila dua orang atau lebih berada pada dimensi waktu dan tempat yang berbeda selama mereka mempunyai keterikatan. Entah itu keterikatan akan keluarga, pemerintah, organisasi, instansi dan lainnya.
Sehingga memang benar, apabila dua orang manusia yang dirundung asmara merasa tetap bersama meski jarak memisahkan mereka. Atau seorang suami yang berpisah jauh dari isterinya karena tuntutan keluarga, keduanya tetap menyatakan bahwa mereka hidup bersama.
Sejauh ini, secara sederhana makna bersama dapat dipahami secara gamblang. Manakala seseorang tetap menganggap bahwa bersama harus berada dalam satu tempat dan waktu yang sama. Maka, ia keluar dari hakikat makna bersama yang sesungguhnya.