Oleh : Khatijah
37 Mahasiswa IAIN Pontianak terpilih mengikuti kegiatan Kampoeng Riset yang ke-5 di daerah perbatasan sebelah Utara Kalimantan Barat. Tanggal 8 September 2018, tepat pukul 21: 35 semua anggota sudah berkumpul di gazebo IAIN Pontianak, meski hujan deras melanda tak mengalahkan semangat untuk meneliti ke desa Temajuk.
Siapa yang menolak jika sudah diberi kewajiban untuk meneliti daerah yang sangat terkenal dengan mistis, kebudayaan, perbatasan, menggunakan 2 mata uang, dan wisata. Saya adalah salah satu mahasiswa yang beruntung karena mendapat desa Temajuk sebab tahun ini kegiatan Kampoeng Riset dibagi 2 wilayah yaitu Temajuk dan Tanjung Saleh.
Meski berasal dari Sambas, baru kali ini saya berkunjung ke ekor Borneo karena memang harus memakan waktu yang lumayan lama. Dari Pontianak ke Temajuk kami memakan waktu 14 jam baru sampai di tujuan menggunakan bis. Jalan menuju desa Temajuk sudah lumayan bagus mungkin hanya seperempat jalan yang masih tanah kuning, sehingga akan lebih sulit jika berkunjung pada musim hujan.
Kegiatan unggulan IAIN Pontianak ini mengharuskan mahasiswa yang terpilih membuat 3 tulisan yaitu narasi perjalanan, artikel individu, dan artikel kelompok. Saya sendiri sudah mengikuti kegiatan ini yang ketiga kalinya, pertama di Dabong, Muara Kubu saya menulis artikel tentang ekonomi masyarakat disana, yang kedua di Kapuas Hulu saya ditempatkan di Bunut Hilir dan menulis tentang Pantang Larang Petani Madu, dan di Temajuk ini banyak sekali yang bisa ditulis, tapi hal yang lebih menarik perhatian saya adalah adat pernikahan Melayu Sambas di Teluk Melano, Malaysia. Dan tulisan-tulisan tersebut akan dibukukan dan dipublikasikan.
Pontianak, 16 September 2018