teraju.id, Pontianak – Sore menjelang magrib, Senin, 4/12/17 kompleks Pondok Agung Permata, Purnama Agung VII heboh dengan permintaan tolong warga di salah satu rumah. Katanya, ada anggota keluarga yang kesurupan.
Sosok yang kesurupan itu pria muda, usia 19 tahun. Ia baru lima bulan bekerja di Kota Pontianak. Asalnya Lampung, namun lama menetap di Jawa Tengah. Profil tubuhnya tinggi, agak kurus dan berkumis tipis.
Pak Rukun Tetangga (RT) Siswadi cepat tanggap. Beliau tahu kepada siapa mesti minta tolong. “Ada warga yang insya Allah bisa menyembuhkan,” katanya. Dan benar, si bapak yang dimaksud bisa menolong Nanang untuk sementara waktu.
Sebelumnya, Nanang sehat-sehat saja. Dia biasa bekerja membawa dagangan, khususnya jenis makanan ringan: kerupuk. “Ketika keluar dari toilet di lingkungan Rumah Sakit Alianyang, matanya mulai tampak kosong. Mungkin sejak saat itu ada sesuatu yang masuk ke dalam tubuhnya,” kata rekan sekerjanya yang sama-sama menetap di kompleks.
Reaksi Nanang saat kumat, sebagian tubuhnya dingin dan kaku. Sama sekali tidak bisa bergerak. “Seperti mati separoh,” kata rekan-rekannya. Bulu kakinya dicabut pun tidak ada reaksi.
“Tapi dari bagian atas kekuatannya luar biasa. Tangannya mencengkeram lantai seperti mengais-ngais. Kami orang tujuh tak kuat menahannya. Padahal tubuh kami besar-besar,” ungkap rekannya sesama pedagang kerupuk.
Warga sekitar yang datang pambar. Ada yang bilang Nanang kerasukan jin pahon kayu. Ada yang bilang jin harimau, dan macam-macam.
Alhasil sejak maghrib hingga pukul 22.00 malam, “orang pandai” di kompleks berhasil melepaskan jin yang masuk ke dalam tubuh Nanang. Sejenak rekan-rekannya bisa rehat. Namun sayangnya, situasi normal itu tidak berlangsung lama. Jin “nakal” tersebut merasuk kembali ke dalam tubuh Nanang. Nanang kembali nanar. Ia kembali mengais-ngais lantai laksana hendak mencengkeram.
Rekan-rekan serumahnya tak kuasa lagi minta tolong. Mereka mencoba apa yang bisa dilakukan. Yakni memegang tubuh Nanang agar tidak menggelepar dan membahayakan anggota rumah. “Kami kuatir kalau dia mencelakai kami,” kata seorang rekannya.
“Kami bacakan Quran Surah Yasin, dia menangis,” kata rekan lainnya.
“Kami tidak tidur sepanjang malam,” tambah yang lain.
***
Menjelang azan subuh Nanang mulai tenang. Ia mau diajak ke mesjid untuk shalat subuh berjamaah. Ia mengenakan celana panjang levis warna biru dan baju kemeja batik lengan pendek. Berjalannya agak lemah. Berwudhu pelan sekali. Nampak Nanang kelelahan teramat sangat. Matanya layu.
Seusai shalat subuh, rekan-rekan Nanang berkonsultasi dengan ustadz yang memimpin Taman Pendidikan Alquran dan salah satu imam tetap Masjid Jamiatush Sholihin, Purnama Agung VII, Deden Fatwa.
Ustadz Deden bertanya latar belakang, Nanang. Pertanyaan demi pertanyaan itu dijawab dengan suara lemah. Empat orang rekannya yang juga tampak lelah akibat semalaman tidak tidur kerap kali mengulangi pertanyaan ustadz agar dijawab dengan jelas oleh Nanang. Sesekali lutut Nanang ditepuk karena sesekali tampil gamang.
“Tadi subuh sekitar jam 02.00 saat kami zikirkan, baru dia mengeluarkan jimat ini,” ujar salah seorang rekan yang tampak paling bertanggung jawab dengan kondisi yang dialami Nanang.
Diake mesjid dengan menggunakan kain sarung dan berkopiah hitam.
Ustadz Deden Fatwa melihat jimat itu tergeletak di depan, di atas sajadah. Warnanya putih. Ukurannya sebesar kotak korek api. Dibungkus kain putih. Pinggirnya dijahit.
“Saya dikasih Mbah,” cerita Nanang. Tepatnya saat akan merantau ke Kalimantan.
Kata Mbah, menurut Nanang, Kalimantan ini masih banyak “barang-barang halus”, sehingga kepadanya diberikan jimat penyelamat. “Buat jaga-jaga,” ujarnya.
“Nah, ini salah satu penyebab jin itu masuk,” tukas Ustadz Deden.”Kalau menurut saya, jimat ini sebaiknya dimusnahkan saja. Sebab, jimat ini membuat diri kita bisa terjebak kepada sifat syirik. Syirik itu dosa paling besar.
Dimanaayat Allah mengatakan bahwa syirik adalah kezaliman yang paling besar.”
Ustadz Deden menceritakan bahwa dirinya juga perantau. Di saat SMA dia 5 tahun merantau ke Padang, Sumatera Barat. Kemudian berpindah lagi ke Makassar, Sulawesi Selatan. Juga kurang lebih 5 tahun. Sampai saat ini berada di Kalimantan Barat. “Alhamdulillah di setiap tempat tidak ada gangguan ruh halus. Tidak perlu pakai-pakai jimat,” lanjutnya seraya mengatakan, jika pun ada musibah, hal itu normal sebab manusia hidup selalu ada ujian dan cobaan.
Jangankan setiap muslim ada ujian dan cobaan, setiap diri non muslim, bahkan tidak bertuhan atau ateis sekalipun, juga ada ujian dan cobaan di dalam hidupnya. Namun mereka semua optimis, apalagi setiap pribadi muslim. Harus lebih optimis dan tidak bergantung dengan jimat.
Jimat menyebabkan kita, kata Ustadz Deden menjadi lemah karena bergantung kepada kekuatan tulisan atau benda-benda di dalamnya. Padahal kita diperintahkan dalam Islam untuk berserah-diri secara total kepada Allah. Kaffah. Dan hanya kepada Allah kita mohon perlindungan. Bukan kepada jin atau jimat.
Jin itu, lanjut Ustadz Deden derajatnya di bawah kita, manusia. Jin itu sifatnya, sombong. Jika kita minta bantuan kepada jin, maka dia yang derajatnya di bawah manusia semakin sombong. Apalagi dibuatkan jimat, dikasih makan, dan lain sebagainya, makin suka dia. Maka sebaiknya jimat ini dimusnahkan dan Nanang dirukiyah syar’iyah.
Nanang bertanya tentang rukiyah itu apa? Ustadz menjawab, bahwa rukiyah itu semacam jampi-jampi. Namun jampi-jampi ini diajarkan oleh Rasulullah Muhammad SAW. Adapun Nabi tidak memakai jimat di dalam hidupnya. Jika jimat itu mujarab, tentu Nabi menggunakannya. Nabi justru menegaskan, bahwa ada dua pusaka yang dia tinggalkan untuk ummat Islam. Jika berpegang teguh dengan keduanya, maka akan selamat hidup di dunia dan di akhirat, yakni Alquran dan Sunnah.
Rukiyah syar’iyah, lanjut ustadz, dengan membacakan ayat Alquran.
Bisadari Alfatihah sampai An Naas. Bisa juga dengan ayat-ayat pilihan. “Namun, setelah saya rukiyah syar’iyah, Nanang juga harus meneruskan dengan rukiyah pada diri sendiri setiap mau tidur, yakni dengan membaca 3 qulhu. Pertama qulhuwallahu ahad, yakni Quran surah Al-ikhlas. Kedua, qul a’udzubirabbil falaq, yakni Quran surah Alfalaq. Serta qul a’udzubirabbinnaas, yakni QS An-Naas. Lalu ditiupkan ke telapak tangan dan diusapkan ke seluruh tubuh dimana bisa terjangkau. Tiga kali. Baru lanjutkan membaca ayat kursi dan doa sebelum tidur.
Amalkan itu, insya Allah cukup sebagai pendinding dari masuknya jin.”
Selanjutnya di dalam aktivitas di luar tidur, jangan lupa berzikir. Bisa dengan memperbanyak kalimah takbir, tahlil dan tahmid. “Ketahuilah bahwa dengan banyak mengingat Allah, hati akan tenang,” lanjut ustadz menyitir ayat Alquran.