Oleh: Nur Iskandar
Saya tak begitu kenal apa itu BWI. Saat dihubungi, saya tak peduli. Diminta isi form, kasih duplikat KTP serta kartu KK saya sergah. “Apa apaan ini minta dokumen segala? Saya tak kenal BWI. Mungkin salah orang!”
Si penghubung tak patah arang. Saya ditelepon dan kasih reason. Bukti rapat dibagikan. Ada nama saya di situ.
“Siapa yang rekomendasikan?” Disebut nama satu dua orang. Saya manggut-manggut. Namun saya masih curiga. Mungkin keliru. Bisa jadi yang dimaksud adalah kakak kandung saya, HM Nur Hasan. Beliau maestro sosial entrepreneur. Berpusat di mesjid. Wakaf adalah gebetannya bersama Munzalan Mubarakan.
“Saya dihubungi BWI. Jadi pengurus. Maksudnya ke Abang kali?” Abangku bilang, bukan. Ambil saja peluang ibadah itu. Abang adik sama saja. Begitu suaranya seraya senyum.
Saya sungguh tak kenal BWI, Badan Wakaf Indonesia, tapi segera saya pelajari. Buka Mbah Google. Dan masya Allah. Soal BWI ini soalan serius. Solusi peradaban. Tak lekang oleh waktu dan maut. Saya ingat pesan KH Lukmanul Hakim: orang cerdas pasti berwakaf. Lalu saya ingat semasa kecil ikut ayah sosialisasi UU Wakaf. Sosialisasi peran muwakif dan nazir. Lalu saya ingat ulama ahli hadits KH Wajidi Sayadi, M.Ag yang juga Ketua BWI Kalbar dua periode. Saya ingat wejangannya. Ingatan terbuka soal wakaf.
Sejak saya pelajari kembali BWI terkini, saya tak bisa tidur nyenyak memikirkan wakaf produktif di Kalbar yang jumlahnya mencapai 1 juta hektar. Berapa triliun aset itu? Setiap kali melihat mesjid, pondok pesantren, makam, selalu hati dan otak nyeletuk: wakaf.
Kini wakaf produktif menyentuh pasar, rumah sakit, rumah potong hewan sampai wakaf uang. BWI seperti hendak berlari menjadi solusi kebangsaan. Apalagi di tengah resesi ekonomi. BWI merupakan solusi.
Lewat artikel ini, saya membuka diri. Bagi yang hendak berwakaf yuk. Bagi yang mau belajar mengelola wakaf produktif ayuk. Jika ada kendala sertifikat tanah, dll, BWI jadi solusinya. Jangan segan kontak WA 08125710225. Mohon doa restu dan kebersamaannya.
Menteri Keuangan Sri Mulyani berharap banyak atas kreasi BWI. Wapres Makruf Amin pun demikian. Sila klik tentang BWI. Kita pasti bisa kerjasama. *