Oleh: Leo Sutrisno
Kesediaan bertanggung jawab berkitan dengan kejujuran. Bertanggung jawab berarti melakukan apa yang harus dilakukan dengan sebaik mungkin. Sebaik mungkin merujuk pada sebuah kualitas. Karena itu, harus ada kriterianya. Ketika menggunakan suatu kriteria, sikap jujur diperlukan.
Karena hidup di dekat pasar, saya berkesempatan blusukan di sana. Sesekali mata saya iseng mengamati beberapa pedagang ketika sedang menimbang barang dagangannnya. Ada berbagai gerakan tangan, yang diakukan seorang penjual, untuk menunjukkan seolah-olah timbangannya telah sesuai dengan diinginkan pembeli. Tentu, cara seperti ini tidak dikehendaki. Itu namanya tidak bertanggung jawab. Itu tidak jujur.
Dalam diri orang yang bertanggung jawab, jauh dari sikap-sikap: malas, curang, ‘urik’, segan, dan mungkin juga takut. Sebaliknya, bagi mereka yang bertanggung jawab sering juga harus berkorban demi tugas yang harus diberikan dapat dilaksanakan dengan baik.
Orang yang bertanggung jawab sering juga berani ‘melanggar aturan’ jika diperlukan. Misalnya, seorang karyawan yang mestinya sudah pulang pukul 17:00, belum juga meninggalkan mejanya karena harus menyelesaikan tugasnya lebih dahulu, karena besok harus mengerjakan yang lain.
Kalau seseorang yang taat aturan bertindak sesuai dengan yang diperbolehkan oleh aturan yang berlaku, maka seseorang yang bertanggung jawab akan melakukannya karena memang diperlukan. Ia akan menyelesaikan tugasnya secara total, seperuh hati.
Orang yang bertanggung jawab juga bersedia mempertanggung-jawabkan akan tugasnya walau tidak dituntut oleh pemberi tugas. Jika ia ternyata melakukan kekeliruan dalam melakukan tugas, ia bersedia menerima sangsinya.
Orang yang bertanggung jawab juga transparan tentang yang dilakukan yang terkait dengan tugasnya. Dengan begitu, orang lain diberi kesempatan untuk mengevaluasi apa yang dilakukan. Tidak ada yang ditutupi.
Jadi, orang yang bertanggung jawab tentu juga jujur. Orang yang bertanggung jawab sering berani ‘melanggar aturan’ jika diperlukan demi keadaan yang lebih baik. Orang yang bertanggung jawab juga bersedia menerima resiko jika tarjadi kegagalan. Dan, terakhir, orang yang bertanggung jawab juga transfaran. Ia bersedia di-audit oleh siapa pun.
Mangga ka-oncèkana
28-2-2019, Pakem Tegal, Yogya
Nuwun