Oleh: Yusriadi
Wajah-wajah cerah diperlihatkan. Senyum mekar ditunjukkan.
Itulah pantauan saya pada Minggu malam (27/8/2017). Malam itu saya menghadiri launching buku “Mengintip Indonesia dari Jiran”. Buku itu karya bersama 13 Relawan Kampoeng English Poernama (KEP) diterbitkan Top Indonesia.
13 penulis itu Nur Iskandar, Huntung Dwiyani, Asfiyah R, Amelia Arnold, Azizah Arsy, Dwi Syafriyanti, Mia Islamidewi, Melly Meliantha, Septia Putri, Luna Pujianto, Luvitha Audita, Elva Alvita, Elna Saafa.
Bagi beberapa relawan, buku ini adalah tulisan pertama yang diterbitkan. Oleh karena itu perjalanan kali ini memberikan kesan mendalam.
Nur Iskandar, penggagas, penulis dan editor buku itu mengatakan penerbitan buku itu dilakukan untuk menumbuhkembangkam budaya menulis. Dia ingin budaya literasi tumbuh di kalangan relawan dan orang-orang di KEP. Menulis adalah bagian dari cara belajar bahasa dan mengasah kemampuan.
Ya, selain itu menulis juga mengikat kenangan. Ingatan orang tentang orang lain dan tentang tempat, terbatas. Dalam jangka waktu tertentu ingatan akan kabur.
Menulis perlu pengamatan. Dengan menulis, orang juga menjadi lebih awas mengamati apa yang ada di sekitarnya dan apa yang dialaminya.
Setiap kesempatan menjadi penting. Setiap hal menjadi menarik.
Seseorang yang berjalan dan menulis, menjadi lebih aktif untuk berkomunikasi karena menginginkan data untuk bahan tulisan. Hal itu juga berarti dia akan lebih hangat dalam berinteraksi dengan orang lain. Dia akan berkenalan dan berteman dengan banyak orang.
Semua itu jelas membuat perjalanan lebih bermakna.
Selamat untuk para penulis dan KEP. (y).