Oleh: Yusriadi
Nama Karolin Margret Natasha sudah dikenal luas masyarakat Kalbar, bahkan nasional. Karolin menyentak ruang publik sebagai The Rising Star, setelah meraih perolehan suara fenomenal dalam Pemilihan Umum beberapa tahun silam. Sebagai sosok muda, Karolin dianggap sangat potensial dan diperhitungkan dalam pentas politik.
Prestasi mendulang banyak suara ini menempatkannya dalam jajaran tokoh muda elit, sederetan dengan Puan Maharani dan Ibas Yudhoyono.
Ujian pertama mempertahankan kursi DPRRI melalui PDIP telah lulus dijalani. Selama periode pertama, dia dapat menjalankan tugas dan fungsinya dengan baik. Kepercayaan publik di Daerah Pemilihan Kalbar tetap tinggi. Dukungan penuh tetap diberikan.
Kini Karolin kembali menarik perhatian publik ketika dicalonkan oleh partai-partai di Landak, untuk maju sebagai calon bupati kabupaten ini. Dia akan maju sebagai calon tunggal, dan dengan demikian, sudah merupakan tanda bahwa calon seperti itu hampir pasti jadi sebagai bupati Landak selanjutnya.
Apa yang dialaminya di Landak mengingatkan publik pada fenomena pilkada di Surabaya, Jawa Timur. Publik mengingatkan Karolin pada Risma Tri yang bertarung di sana, yang sempat menjadi calon tunggal pada masa awal pencalonan.
Pada hari-hari terakhir ini terdengar pertanyaan, apakah fenomena Karolin di Landak akan berlanjut pada pilgub Kalbar?
Sebagai pemerhati awam saya sudah mendengar ada harapan akan ada lanjutannya. Hitung-hitungan politiknya cukup jelas dan logis.
Landak adalah bagian dari Kalbar. Pemilih di Landak juga akan berpartisipasi dalam pemilihan di Kalbar. Pendukung mayoritas Karolin di Landak adalah pendukung ideologis yang kuat yang dapat bergerak meluaskan jangkauannya. Tinggal ditambah kekuatan pendukung pasangan dan timnya dari orang2 yang berpengalaman dan piawai.
Jika Karolin maju dalam Pilgub Kalbar mendatang peluangnya akan sangat besar. Modal dasar Landak merupakan jaminan. Tambahan lagi jika ternyata nanti selain beliau akan maju dua atau tiga calon gubernur yang memiliki platform dan ideologi sama, sementara mereka-mereka tidak memiliki modal dasar pendukung fanatik yang kuat, serta tim pemenangan yang lemah.
Tunggu saja. (*)