Oleh: Dean Viejaya Roosandrie
Sebelum semua sahabat-sahabat seperjuangan pengakuan kemerdekaan RI dipenjara pada tahun 1960-an seperti Natsir, Sutan Syahrir, Sultan Hamid II telah lebih dulu ditangkap dan dipenjara dari tahun 1950-1953, tanpa diadili, baru tahun 1953, beliau diadili oleh MA (tanpa melalui tahapan, langsung MA) dan dipenjara tanpa terbukti bersalah selama 10 tahun.
Pada tahun 1958, sebelum Muhammad Hatta membuat surat pengunduran dirinya sebagai wakil presiden, beliau memberikan surat pembebasan kepada Sultan Hamid II. Baru bebas beberapa tahun, beliau kembali ditangkap dan dipenjara tanpa diadili oleh Orla. Setelah SHII menghadiri undangan acara Ngaben Raja Bali atau ayah dari Anak Agung Gede Agung bersama sahabat sahabatnya. yang lain.
Pada penahanan kedua kalinya ini, Sultan Hamid II berada dalam satu tahanan dengan Sutan Syahrir. Selama Sutan Syahrir sakit di tahanan, SHII merawatnya, menggendong dan membersihkannya untuk keperluan buang air dan mandi. Saat itu, beliau tetap ikhlas dan bersemangat, dengan inisiatifnya sendiri, memimpin teman temannya untuk terus bersemangat melakukan senam pagi, agar tetap sehat, berfikiran positif dan tidak putus asa.
Muhammad Natsir dan Sutan Syahrir sudah dipulihkan nama baiknya dan diberi gelar pahlawan. Apakah Sultan Hamid II juga dapat menyusul dengan prestasi, antara lain:
1. Menciptakan Lambang Negara.
2. Menemui, Mengajak dan Mempertemukan raja raja se Nusantara untuk berunding dalam KMB.
3. Melakukan lobby internasional dalam upaya pengakuan kemerdekaan RI oleh Belanda dan PBB.
4. Bersedia menandatangani surat pemulihan negara dari RIS menjadi NKRI untuk PBB, surat itu hingga saat ini masih berada di kantor pusat PBB. Tanpa kesediaan dan tanda tangannya, negara Indonesia tidak pernah menjadi bentuk NKRI.
5. Selepas dari tahanan Orla beliau memutuskan tidak terjun ke dunia politik lagi, dalam diamnya, SHII tetap berkarya untuk negara dengan membesarkan maskapai penerbangan, dengan penguasaan banyak bahasa asing, kemampuan lobi internasional dan akses jaringan internasional yang dimilikinya, maskapai itu berkembang pesat, menjadi cikal bakal maskapai penerbangan nasional GARUDA Air lines yang namanya diambil dari hasil rancangan beliau, Garuda Pancasila.
Sesuai pesan Datok moyangnya, Nabi Besar Muhammad Saw, Diam adalah Emas. Itu yang beliau lakukan selama akhir hayatnya. Di hamparan ibu Pertiwi, beliau menghembuskan nafasnya dalam sujud sholat Maghrib, tanpa bicara lagi di negara yang dicintainya, bukan negara lain yang bisa dimintai suaka atau pelarian diri.
Itu semua adalah wujud kecintaan kepada negara yang ikut dibidaninya, tanah airnya, tanah kelahirannya, tanah leluhurnya, tanah dimana jasad jasad nenek moyangnya dimakamkan, tumpah darah yang membentuk dirinya sebagai putera Indonesia.
Dalam diam pun ia tetap berkarya, meskipun label pengkhianatan tetap disandangnya…… Terima kasih Indonesia Raya. *