Laudato Si-2: Apa yang terjadi (LS 17-61)
Oleh: Dr Leo Sutrisno
Kita perlu mempertimbangkan apa yang sedang terjadi di Bumi, rumah kita bersama ini. Di planet kita ini sedang terjadi akselerasi terus-menerus perubahan-perubahan yang menyangkut dengan manusia dan lingkungannya. Perubahan-perubahan ini menyebabkan kecemasan dan kerugian.
Pertama, Bumi mulai menjadi tempat pembuangan sampah yang sangat luas. Di akhir siklus sistem industri, belum mengembangkan kapasitas untuk menyerap dan menggunakan limbah serta produk sampingnya. Bumi juga sedang mengalami pemanasan global yang menyebabkan kenaikkan permukaan air laut secara konstan. Dampaknya, Bumi akan terus memburuk jika kita tetap mempertahankan model produksi dan konsumsi saat ini.
Kedua, sumber air semakin menipis. Akibat kerusakan alam, selain kuantitas, kualitas air juga semakin menurun. Selain itu, di beberapa tempat terjadi privatisasi sumber daya yang terbatas ini dengan mengubahnya manjadi barang dagangan yang tunduk pada huku pasar. Kekurangan air bakal terjadi pada beberapa dekade mendatang.
Ketiga, karena perbuatan kita, ribuan spesies tidak akan lagi memuliakan Allah dengan keberadaan mereka. Keanekaragaman hayati telah rusak. Beberapa tempat sudah sangat membutuhkan perlindungan khusus karena sangat penting untuk ekosistem global. Karena semua makhluk saling berhbungan, masing-masing harus dihargai dengan kasih sayang dan kekaguman.
Keempat, banyak tanda yang menunjukkan bahwa pertumbuhan selama dua abad terakhir ini telah membawa kemerosostan sosial yang nyata. Hanya sedikit kota yang ‘hijau’. Kita telah kehilangan kontak fisik dengan alam. Kehadiran teknologi media sosial dan dunia digital di mana-mana menghalangi orang untuk hidup dengan bijaksana, berpikir secara mendalam, dan mencintai dengan murah hati. Kita telah mengalami kemerosotan sosial yang semakin nyata.
Kelima, kerusakan lingkungan dan kemerosotan sosial terutama merugikan mereka yang paling lemah di Bumi, karena mereka tidak mempunyai kemampuan untuk menghadapinya. Sementara itu, untuk mengatasi dampak pemanasan global, tingkat konsumsi di negara-negara kaya semakin tinggi. Terjadilah ketimpangan global yang semakin kuat.
Paus Fransiskus mengajak untuk menciptakan sebuah kerangka hukum yang menjamin perlindungan ekosistem untuk melawan dominasi sistem kekuasaan baru yang berlandasan pada paradigma tekno-ekonomi. Menghadapi kerusakan lingkungan, perlu diciptakan skenario-skenario yang berbeda karena tidak hanya ada satu jalan keluar. Gereja berusaha mendengarkan semua pihak dan mendorong debat tulus di antara para ilmuwan sambil menghargai keragaman pendapat.
Leo Sutrisno
Pakem Tegal, Yogya
2-8-2019