Oleh: Dr Leo Sutrisno
Laudato Si-7: Pendidikan dan Spiritualitas Ekologis (LS 202-246)
Para sahabat dan kerabat, Doa Rosario Laudato Si Para Bapa Uskup Indonesia hari ke-8, merenungkan Bumi yang sedang menangis, baru saja selesai. Berikut saya kirimkan Ringkasan bagian terakhir dari Laudato Si. Semoga bermanfaat.
Paus Fransisnkus menyatakan bahwa ada banyak hal yang harus diarahkan kembali, terutama umat manusia sendiri. Paus juga menyadari bahwa usaha ini merupakan prose yang panjang (LS 202)
a. Gaya hidup yang Baru
Banyak di antara kita, dewasa ini, yang terjebak dalam konsumerisme. Gaya hidup konsumtif dapat menimbulkan krisis sosial.
Paus Fransiskus mengajak kita membuat zaman yang akan diingat dalam sejarah sebagai kebangkitan penghormatan baru kepada kehidupan. Sebuah zaman baru yang mengedepankan keberlanjutan, keadilan, perdamaian, serta kehidupan yang penuh sukacita.
Perubahan gaya hidup seperti ini dapat membawa tekanan yang sehat kepada mereka yang memegang kekuasaan politik, ekonomi dan sosial. Kita selalu dapat mengembangkan kemampuan baru untuk ke luar dari diri sendiri menuju yang lain. Setiap usaha yang baik selalu dapat menyebarkan pengaruh positifnya.
b. Pendidikan Ekologis
Paus Fransiskus mencatat ada banyak orang muda yang memiliki kepekaan ekologis baru. Bahkan, dengan semangat murah hati, mereka membuat upaya yang mengagumkan untuk melindungi lingkungan hidup.
Para pendidik diminta mengembangkan jalur-jalur pedagogis bagi etika lingkungan untuk menumbuh solidaritas. Pendidikan ekologis dilakukan dalam berbagai onteks: sekolah, keluarga, media sosial, dsb. Para politisi juga dapat ambil bagian dalam meningkatkan kesadaran ekologi masyarakat. Perlu diingatkan bahwa hubungan antara pendidikan estetika dan pelestarian lingkungan tidak boleh dilupakan.
c. Pertobatan Ekologis
Paus Fransiskus menawarkan kerangka spiritualitas ekologis yang berakar pada keyakinan iman umat kristiani.
Salah satu bagian penting dari kehidupan kristiani adalah menghayati panggilan untuk melestarikan ciptaan-ciptaan Allah. Diawali dengan melakukan pertobatan ekologis, yaitu memeriksa hidup dan mengakui bahwa tindakan-tindakan kita di masa lampau dan masa kini telah membawa kerugian kepada ciptaan Allah.
Pertobatan ekologis komunal dapat menciptakan dinamisme perubahan keberlanjutan. Salah satu dari wujud pertobatan ekologis adalah sikap bersama yang menumbuhkan semangat murah hati dan penuh kelembutan bagi manusia dan ciptaan-ciptaan lain yang rentan. Kita mesti membangun persaudaraan dengan seluruh ciptaan.
d. Kegembiraan dan Damai
Selain keutuhan ekosistem, kita perlu berbicara tentang keutuhan manusia. Spiritualitas kristiani menawarkan cara yang khas untuk memahami kualitas hidup dan mendorong suatu gaya hidup kenabian dan kontemplatif. Dengan demikian, kita mampu menikmati sukacita tanpa terobsesi konsumtif, suatu kedamaian batin yang penuh sukacita.
Dalam hati yang damai, kita mampu hadir secara total bagi siapa pun tanpa berpikir apa yang akan terjadi kemudian. Kita juga dapat berhenti sejenak untuk bersyukur kepada Allah.
e. Cinta dalam Ranah Sipil dan Politik
Pelestarian alam merupakan bagian dari gaya hidup yang mempunyai kemampuan untuk hidup bersama dan dalam persekutuan. Menurut Paus Fransiskus, ‘ekologi integral’ juga meliputi tindakan sederhana sehari-hari yang mampu mengalahkan kekerasan, eksploitasi dan egoisme.
Kasih akan masyarakat dan komitmen terhadap kesejateraan umum yang merupakan ungkapan dari belas kasih ini tidak hanya menyangkut hubungan antar individu tetapi juga hubungan sosial, ekonomi dan politik.
Bagi mereka yang tidak terpanggil dalam kegiatan politik praktis, di masyarakat juga tersedia berbagai organisasi yang bekerja untuk memajukan kesejahteraan umum dengan menjaga lingkungan alam dan lingkungan sosial. Mereka yang telibat dalam kegiatan semacam ini dapat merasakan pengalaman spirituan yang intens.
f. Tanda-Tanda Sakramental
Alam sepenuhnya berkembang dalam Allah. Karena itu, dalam segala hal dapat ditemukan kebaikan Allah. Sakramen merupakan cara Allah mengangkat alam dan menjadikannya sebagai perantara kehidupan adi kodrati (spiritualitas Kristen Timur).
Dalam roti Ekaristi, ciptaan diarahkan kepada peng-ilahi-an, yaitu penyatuan dengan dengan Sang Pencipta.
Menurut Paus Fransiskus, hari Minggu merupakan hari kebangkitan, hari kehidupan baru, karena kita berpartisipasi dalam Ekaristi. Selain itu, istirahat pada hari Minggu membuka mata kita untuk dunia yang lebih luas dan memungkinkan kita mengakui hal-hak orang lain.
g. Allah Tritunggal
Dunia diciptakan menurut model ilahi, yaitu suatu model jaringan hubungan Allah Tritunggal. Realitas ini mengajak kita untuk mengembangkan suatu spiritualitas kesetiakawanan global.
h. Maria dan Keluarga Kudus
Bunda yang telah merawat Tuhan Yesus, Bunda Maria, kini merawat dunia yang terluka ini dengan penuh kasih sayang dan rasa sakit seorang ibu. Kita mesti meminta bantuan agar mampu mamandang dunia ini dengan lebih bijaksana.
Selain Maria, dalam Keluarga Kudus, juga ada santo Yusuf. Santo Yusuf menghidupi dan melindungi Maria serta kanak=kanak Yesus dengan kesetiaan dan kemurahan hati. Kita perlu balajar kesetiaan dan kemurahan hati dari St Yusuf.
Menutup Ensiklik Laudato Si ini, Paus Fransiskus manyatakan bahwa kita berhadapan muka dengan keindahan Allah yang tak terbatas. Allah memanggil kita kepada suatu komitmen yang murah hati serta rela memberikan segalanya untuk bertanggung jawab atas kelestarian Bumi sebagai rumah bersama yang merawat dan melindung segala ciptaan. Segala yang baik di rumah ini akan dibawa ke pesta surgawi. Allah juga memberi kita kekuatan dan terang yang dibutuhkan untuk tugas itu.
Akhirnya, Bapa Suci mengajak kita semua agar berdoa baik bersama sesama umat kristiani maupun bersama semua orang untuk merawat ‘Rumah kita’.
Pakem Tegal, Yogya
6-9-2019