in

Monumen Amdji Attak di Markas Besar Brimob-Polri

Monumen Amdji Attak

Oleh: Nur Iskandar

Setelah menulis buku Wakapolri, Komjen Jusuf Manggabarani–2011–saya dikontrak Brimob untuk menulis “Kopassus-nya” Polri yakni Gegana. Gegana ini jiwanya Brigadir Mobil alias Brimob yang dikenal sebagai “tukang gebuk”. Frasa tukang gebuk saya kutip dari Wapres Jusuf Kalla saat wawancara bersamanya di Gedung PMI–ketika Beliau memimpin Palang Merah Indonesia.

Warga Kalimantan patut berbangga karena “prajuritnya” diabadikan dalam monumen Amdji Attak di Markas Besar Brimob – Kelapa Dua – Jakarta.

Selama menulis buku Sejarah Gegana Republik Indonesia saya belum dapat melacak kedalaman kisah Amdji Attak ini. Yang saya ketahui bahwa Amdji Attak adalah “anak” Kalimantan. Belum persis benar “anak” Kalimantan wilayah Barat atau Timur. Wilayah Selatan atau Tengah. Belum pasti. Yang pasti Amdji Attak saat itu pangkatnya Ipda. Ia gugur dalam tugas Resimen Pelopor yang terkenal “paling galak” di lapangan. Tugas Dwikora. Bazis Z Ops A tanggal 3 Mei 1965 setahun sebelum NKRI digempur Gerakan 30 S Partai Komunis Indonesia (PKI).

Saya menyicil data Amdji Attak ini, namun dokumen di Brimob tidak pula rapi pada tahun 1965 itu. Suasana rapi-rapi berkas belum secanggih sekarang yang online. Apalagi Brimob juga kerap kali pindah-pindah kantor. Dokumen bisa saja tercecer. Jika ada data penunjang-dari keluarga, sahabat, atau mitra di mana pun boleh kita berbagi kisah menghadirkan inspirasi bagi anak-anak negeri tercinta ini. Bahwa kita ada–hadir dan mengalir…..Kisah kejuangan dan heroisme dibalut partisipasi multietnis Nusantara akan selalu menarik dan relevan. *

Written by Nur Iskandar

Hobi menulis tumbuh amat subur ketika masuk Universitas Tanjungpura. Sejak 1992-1999 terlibat aktif di pers kampus. Di masa ini pula sempat mengenyam amanah sebagai Ketua Lembaga Pers Mahasiswa Islam (Lapmi) HMI Cabang Pontianak, Wapimred Tabloid Mahasiswa Mimbar Untan dan Presidium Wilayah Kalimantan PPMI (Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia). Karir di bidang jurnalistik dimulai di Radio Volare (1997-2001), Harian Equator (1999-2006), Harian Borneo Tribune dan hingga sekarang di teraju.id.

Fahri Presiden Omnibus Law

Pak Presiden dan Pak Kyai, Kenapa Semua Harus Berakhir di Bui?

makan pangeran hamid muara angke jakarta

Ziarah ke Makam Keramat Pangeran Hamid di Angke-Jakarta