Oleh: Yanti Mirdayanti
Transit hampir 6 jam di bandara Paris. Tidak terasa kok. Karena tidak sendirian di dalam gedung. Sampai-sampai hampir tidak terpikirkan bahwa saat ini sedang musim virus Corona. Dan kota Paris merupakan salah satu tempat menjalarnya para Corona di kawasan Eropa.
Udara di luar sungguh cerah saat ini. Sayangnya, kota Paris sedang “lockdown” alias sedang diistirahatkan. Tak bisa jalan-jalan di kota sebentar. Tetapi itu kebijakan yang bagus! Akhirnya, kota Paris yang selalu disibukkan oleh para turis dunia itu bisa beristirahat total untuk sementara waktu.
Jadi, nikmati saja kehangatan Sang Surya di dalam gedung bandara. Untung saja ada beberapa buku untuk dibaca. Bisa ‘killing time’. Untung juga gedungnya penuh dengan kaca. Terasa kehangatan sinar matahari masuk ruangan. Juga untung langit biru bisa ditatap dan dinikmati dari dalam gedung melalui kaca-kaca jendela yang luas-luas ini.
Saya kira, dalam suasana sulit bagaimana pun sekarang ini, mari kita nikmati dan syukuri saja apa yang bisa kita nikmati dan kita syukuri, terutama selama tarikan nafas bisa kita lakukan setiap detiknya.
Sayangnya, di wilayah bandara internasional di mana pun memang sangat sulit untuk duduk berjauhan dengan orang-orang karena hampir semua kursi diisi orang, kiri – kanan – depan – belakang.
Oleh karena itu, masuk akal memang, jika disebutkan bahwa bandara adalah merupakan salah satu tempat penyebaran virus Corona. Orang-orang duduk relatif berdekatan, walaupun umumnya tidak saling mengobrol atau bersentuhan tangan.
Selama di perjalanan pesawat Nairobi – Paris tadi, saya dan kedua penumpang sebelah saya memakai masker terus. Padahal tak satu pun yang batuk-batuk atau bersin misalnya. Kami tidur lelap malah, kadang terbangun untuk makan atau nonton film. Juga kebanyakan penumpang lainnya memakai masker saat di pesawat. Untuk yang kondisinya sedang baik-baik saja mungkin hal ini lebih untuk faktor menenangkan hati dan memberi faktor psikologis bahwa masker bisa menolak virus.
Para penumpang pun membersihkan tangan terus, terutama dengan tisu basah dan sanitizer. Tidak hanya membersihkan tangan, melainkan juga screen untuk nonton film di depan tempat duduk, serta tempat duduk masing-masing dibersihkan puls dengan tisu basah.
Sangat lucu memang melihat aktivitas bersih-bersih para penumpang tadi, seolah-olah jadinya mereka gotong royong berpartisipasi membersihkan pesawat …
Saya pikir, kalau begini terus, maka pesawat-pesawat bisa tambah mengkilat! 🤣.
Belum pernah sebelumnya saya saksikan aktivitas para penumpang bersih-bersih seperti itu. Selama ini pada umumnya kita semua memang cuek sekali dengan kebersihan tangan kita dalam kehidupan sehari-hari. Apalagi dengan memakai sabun sampai beberapa menit lamanya. Juga apalagi sampai mengelap screen serta tempat duduk. Selama ini, sebelum kasus Corona, badan kita pasti sudah terisi dengan berbagai jenis virus dan bakteri yang masuk dengan bebasnya melalui tangan kotor kita selama bertahun-tahun hidup …
Jadi sebenarnya, pandemi virus Corona saat ini telah mengajar kembali para insan semua untuk hidup lebih bersih. Semua orang tiba-tiba disadarkan bahwa tangan yang kotor adalah sumber malapetaka dan kematian.
Tetapi bukan hanya virus toh. Tradisi tangan kotor para koruptor juga sudah dari dulu merupakan sumber kemiskinan dan sumber kematian insan manusia lainnya di negara-negara tempat para koruptor itu hidup.
(Paris, 19 Maret 2020)