Tuhan Yesus kecil nakal?
Oleh: Leo sutrisno
Hari ini, Minggu 19 januari 2020, menurut Kalender Liturgi kita diajak memasuki Pekan Biasa II. Dalam masa Pekan Biasa kita diajak merenungkan ajaran dan karya-karya penyelamatan Yesus selama tiga tahun terakhir masa hidup-Nya, dalam usia 30-33 tahun.
Bacaan I, Yes 49:3.5-6, Nabi Yesaya nyenyebutkan Firman Tuhan kepadanya; “Aku akan membuat engkau menjadi terang bagi bangsa-bangsa”.Dengan harapan agar, “keselamatan yang dari pada-Ku sampai ke ujung bumi”. Agar, keselamatan yang berasal dari Allah sampai ke ujung Bumi, ke hati kita masing-masing.
Dalam Bacaan II, 1Kor 1:1-3, Rasul Paulus menulis, “Kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus menyertai kamu”.
Bacaan Injil, Yoh 1:29-34, menyajikan kesaksian Yohanes Pembaptis tentang diri Yesus. “Dia inilah Anak Allah” Yesus anak Allah.
Ketiga bacaan itu menegaskan bahwa kedamaian dan keselamatan yang kita nanti-nantikan dari Allah itu telah datang. Yohanes Pembaptis menujukkan bahwa Yesus, Anak Allah, itu pembawa keselamatan. Yesus pembawa kedaiaman.
Yesus, Anak Allah, datang sebagai manusia, putra keluarga tukang kayu di desa Naza ret. Mengawali karya-Nya ketika menginjak usia 30 tahun. Karya menyelamatkan manusia. Namun, ada pertanyaan ‘usil’. “Apakah Yesus kecil nakal?’
Pertanyaan ini, tentu, tidak dapat dijawab lewat bacaan-bacaan Injil kanonik (Markus, Matiteus, Lukas dan Yohanes). Jawaban pertanyaan ini ada pada Injil masa kecil menurut Tomas, misalnya. (Deshi Ramadhani, SJ, 2007. Menguak injil-injil rahasia, Yogyakarta: Kanisius).
Menurut Craig A. Evans, 2005, dalam bukunya, “Fabricating (merekayasa) Yesus”, injil masa kecil menurut Tomas ditulis pada akhir abad ke-2. Injil ini termasuk injil rahasia karena isinya ditujukan kepada kaum elite rohani, bukan untuk orang umum. Dalam pengantarnya dituliskan, “Ini adalah kata-kata rahasia yang diucapkan Yesus yang hidup”
Beberapa kisah dalam injil masa kecil menurut Tomas menunjukkan Yesus kecil yang tidak berbeda dari anak-anak kecil yang lain.
Misalnya:
- “Tak lama sesudah itu Ia pergi melintasi kampung. Seorang anak berlari dan menabrak bahu-Nya. Yesus menjadi pansa hati dan berkata, ‘Engkau tidak akan pergi lebih jauh lagi dalam perjalananmu’. Seketika itu juga anak tersebut jatuh dan mati” (Deshi Ramadhani, hal73-74)
- Di suatu waktu, seorang anak (Zanon) meninggal karena terjatuh dari atap rumah. Orang-orang sekitar menuduh Yesus yang mendorong. Yesus berkata, “Aku benar-benar tidak mendorongnya jatuh”. Tetapi orang-orang tetap menuduh Yesus. Yesus, kemudian melompat turun dan berkata, “Zanon, bangkitlah!. Dan, katakan kepada-Ku apakah Aku yang mendorongmu?” Dan, seketika itu juga Zanon bangkit dan berkata, “Sama sekali tidak, Tuhan. Engkau tidak mendorongku jatuh, tetapi Engkau telah membangkitkanku” (Deshi Ramadhani, hal 75).
Dikisahkan juga Yesus membuat mukjizat-mukjijat lain, seperti; membuat hidup patung-patung burung yang dibuat dari tanah liat, menanam satu rumpun batang padi tetapi padi yang dipanen tak pernah habis, membuat anak-anak menjadi sapi sesuai dengan ucapan seloroh para ibunya, membawa air dengan jubah-Nya dsb.
Kisah-kisah Yesus kecil juga muncul pada injil masa kecil berbahasa Arab, iinjil Pseudo-Mateus, injil masa kecil bahasa Latin, serta Injil masa kecil bahsaa Armenia. Kisah-kisah itu menunjukkan Yesus kecil yang mempunyai kekuasaan, tetapi sering ditampakkan sebagai ungkapan suasana hati seorang anak-anak.
Sungguh menarik untuk direnungkan bahwa Yesus adalah Anak Allah yang berinkarnasi menjadi menusia. Yesus, Tuhan kita, hidup sebagai manusia termasuk masa kecil-Nya yang perasan-Nya tidak jauh berbeda dari anak sebaya.
Bagaimana kita? Apakah masa kecil kita juga seperti Yesus kecil yang ‘nakal’?
Salam hormat dari Pakem Tegal, Yogya.
.