in ,

Debat Pilgub Kalbar: Boyman Berapi-api, Karolin Jago Orasi, Sutarmidji Kaya Solusi

debat cagub kalbar

Karolin, cagub rasa petahana. Itulah sekilas kesan yg saya dapat saat melihat debat pilgub Kalbar, 05 Mei 2018.

Karolin terlihat kesulitan keluar dari bayang-bayang sang ayah, Cornelis. Pada debat pertama, ia menyodorkan beberapa slide pembangunan infrastruktur yg hadir di jaman bapaknya—tentu tidak bisa diklaim hasil karya Karolin, yang menjadi “calon” gubernur pun belum.

Pada saat debat kedua, lagi-lagi ia mengalami kesulitan serupa. Ia mengeluh soal sulitnya menaikkan potensi pendapatan dari CPO. Alih-alih berusaha memperbaiki kepemimpinan sebelumnya, ia malah larut dalam ketidakberdayaan.

Alhasil, cagub lain seolah menghakiminya saat menguliti statistik Kalbar yg raportnya banyak merah.

Sutarmidji mengungkapkan tidak ada yang mustahil, bila kita mau berusaha. Ini menanggapi keluhan Karolin atas susahnya menembus pusat untuk mengubah peraturan yang berimplikasi naiknya pendapatan Kalbar, khususnya dari Sawit. Sutarmidji bilang bisa. Bahkan ia sudah menaruh angka 2 Triliun pertahun dari pajak CPO.

Boyman—yang kali ini lebih menguasai panggung ketimbang Milton—lebih pedas lagi. Dia melihat cagub nomor 2 terlalu pesimis. Sedikit-sedikit menyerahkan ke pusat, seolah Provinsi tidak punya kewenangan apa-apa. Padahal, menurutnya, pemerintah pusat tinggal teken saja.

Tapi, ketenangan Karolin patut diapresiasi. Meski relatif muda, namun ia mampu beretorika dengan indah. Runtut dan sistematis. Ini layak diacungi jempol mengingat beban yang melekat di pundaknya.

***

Adem dan sepoi-sepoi. Itulah kesan yang tumbuh melihat ekspos debat pilgub Kalbar. Nyaris tidak ada sosialisasi yg masif mengenai acaranya. Padahal, kita mestinya tahu rekam janji yang layak ditagih saat salah satunya menjadi gubernur kelak.

Dari pantauan saya, streaming via Facebook hanya difasilitasi Sahabat Karolin. Entah kandidat lainnya. Bahkan jejak digitalnya di Youtube pun tidak ada. Padahal, saat ini pemirsa milenial berada di sana.

Yang turut menjadi perhatian saya juga adalah mengapa debat sepenting ini bagi Kalbar tidak tayang di TV nasional dengan jangkauan dan jumlah pemirsa yang lebih luas. Kalau terbentur anggaran yang hanya 1,7 Miliar, mungkin perlu nego yg sedikit njelimet agar pihak TV nasional mau mengakomodirnya. Daerah lain bisa, mengapa kita tidak?

Apakah kita malu mengenalkan Kalbar ke kancah nasional? Atau kita merasa belum layak untuk berkompetisi secara global? Atau, atau dan atau?

Wallahu a’lam.

Written by Yaser Ace

propertipreneur | digitalpreneur | kulinerian

IMG 20180506 064034

Jalan Santai Buka Kegiatan Hari Jadi Fakultas Pertanian Ke-55 Th

IMG 20180515 131401 218

Setelah 33 Hari Berlalu