Peristiwa curat dan curas (pencurian dengan pemberatan dan pencurian dengan kekerasan) yang dilakukan oknum warga Tanjungraya Pontianak Timur, Dayat, mengakibatkan dirinya terpaksa “didor” satuan polisi Polsek Timur di Tempat Kejadian Perkara (TKP) Kampung Beting. Dayat melarikan diri saat dirinya diburu dan hendak ditangkap.
Karena Dayat terus melawan petugas, maka tembakan peringatan diberikan, sampai pada akhirnya titik terakhir kakinya ditembus timah panas. (Koreksi dari sebelumnya, diberitakan di teraju.id bahwa dadanya tertembus timah panas–sesuai keterangan resmi Kapolda Kalbar di Mapolsek Pontianak Timur waktu malam hari, 30/8/16 bahwa yang tertembak adalah kaki). Dayat menghembuskan napas terakhir akibat kehabisan darah dengan luka tembak di kaki saat dia berusaha melarikan diri dengan cara menyelam ke Sungai Kapuas.
Sebagai bahan ingatan, Kampung Beting laksana labirin di tepian Kapuas. Banyak lorong jalan yang berhubungan langsung dengan sungai terpanjang di Indonesia itu. Maka Beting punya stigma negatif dalam hal kriminalitas akibat mudahnya pelaku kejahatan bersembunyi dalam labirin dan jurus perlindungan terakhir pelaku kriminalitas yakni dengan cara menyelam di dasar sungai serta bersembunyi di bawah kolong rumah warga. Nahasnya, mungkin, karena Dayat kurang pandai berenang, kakinya terkena timah panas pula, sehingga kehabisan darah, lalu menghembuskan napasnya yang terakhir. Oleh karena itu pula, keluarga korban menerima tindakan tegas aparat dan rela atau ikhlas jenazah Dayat dibawa pulang ke rumah duka dan dimakamkan sebagaimana layaknya, Rabu (31/8/16–hari ini).
Kapolda Kalbar Musyafak didampingi Pangdam memediasi massa secara langsung di Mapolsek Pontianak Timur yang berada di antara Jembatan Kapuas 1 dan Kapuas 2 alias Jembatan Landak (Jalan Sultan Hamid II) berdampingan dengan Gedung Badan Narkotika Nasional Kota Pontianak. Bangunan Mapolsek Pontianak Timur itu sempat dilempari batu dan pecah kaca serta lampu neonnya. Bersyukur aparat tak ada yang cidera ketika “diserang”. Bahkan aparat sempat menembakkan tembakan peringatan agar massa menahan diri. Massa pun tertahan di tengah jalan, di malam hari, di atas ruas jalan Sultan Hamid serta hanya sempat membakar ban sehingga asap mengepul tinggi. Namun karena menghindari rasa was-was warga yang lebih luas, satuan pengaman ditingkatkan dengan keluarnya mobil barracuda dan back-up TNI. Jalan Sultan Hamid sempat diblokir. Pengguna jalan tak bisa melewati depan Mapolsek Timur dan balik arah sampai jalan dibuka kembali sebelum tengah malam pukul 00.00.
Rahasia kenapa peristiwa tewasnya Dayat, Daftar Pencarian Orang (DPO) dengan sejumlah kasus kriminalitas di kepolisian dengan cepat, sistematif dan efektif dilakukan, walaupun di TKP berstigma negatif Beting? Jawabannya adalah karena aparat TEGAS menegakkan hukum tanpa pandang bulu. Kedua, aparat penegak hukum bisa menunjukkan fakta-fakta hukum yang akurat sehingga tak bisa disangkal lagi oleh semua pihak. Yakni bahwa Dayat adalah DPO dengan banyak kasus kriminalitas yang selama ini dianggap “sampah masyarakat” serta bagian yang tertembak adalah kaki sehingga kematiannya bukan karena tembakan pelanggaran Hak Azasi Manusia (HAM), namun karena menyelam ke dalam air. Logikanya, jika Dayat menyerahkan diri, mau bertaubat, nyawanya masih bisa tertolong lantaran Dayat menolong dirinya sendiri. Demikian logika yang dibangun sehingga keluarga ikhlas menerima dengan logika agama yang dianutnya, semoga mendapat ampunan dari warga maupun Tuhan Yang Maha Pemurah. Bahwa Dayat telah “menebus” segenap kesalahannya melalui penegakan hukum yang tegas.
Hal semacam ini menjadi catatan utama di Kalbar yang rawan konflik, atau laten. Jika aparat TEGAS, maka masalah tak akan melebar. Namun jika terjadi pembiaran, maka “api masalah” akan melebar bak bola liar. Apalagi dibumbui dengan provokasi para provokator yang selalu menangguk ikan di air keruh. Artinya mengambil keuntungan dari penderitaan masyarakat luas. Masalah penembakan terjadi sekitar pukul 16.00, Selasa (30/8/16) sempat membuat macet Jalan Sultan Hamid II yang menjadi urat nadi transportasi antara Pontianak Utara dan Timur ke Pontianak Barat, Selatan dan Tenggara yang merupakan wilayah utama kota Pontianak, serta tuntas pukul 23.00. Efektif. Efisien. Durasi penyelesaian masalahnya dalam hitungan jari ketujuh. Luar biasa dan kita angkat topi.
Selain itu ada unsur ketiga, yakni Kapolda dan Pangdam seiya sekata berada di lapangan. Mereka bertatap muka dengan massa dan aktif memediasi warga sehingga warga yakin dan percaya bahwa keamanan adalah milik bersama dan harus dijaga bersama-sama. Selanjutnya kesejahteraan bersama adalah cita-cita yang harus diwujudkan sehingga kriminalitas dapat dinihilkan. Maka Kota Pontianak dengan ketegasan aparatnya layak kita puji profesionalismenya di lapangan. Lebih jauh dari itu kita bersyukur kasus semacam ini tidak meluas sebagaimana belasan tahun lalu, atau terjadi di daerah lainnya di luar Kalbar yang membara sehingga ekonomi surut mundur ke belakang.
Sejak tadi malam pukul 23.00 Kota Pontianak sudah kondusif. Mari kita rawat dan jaga bersama. Polisi dan TNI serta komponen tokoh masyarakat termasuk keluarga yang mengikhlaskan kematian Dayat pantas kita acungi jempol. Bahwa beginilah tata cara penanganan sebuah musibah yang elit-elegan! *