in ,

Olak-olak Kubu

IMG 20171212 094144 779

Oleh: Ambaryani

Sudah lama saya dengar Olak-Olak Kubu. Sejak SMA. Karena ada teman sekolah yang asal dari sana.

Tapi, hanya sebatas dengar. Dalam bayangan saya, Olak-Olak itu satu daratan dengan Kubu. Rupanya, harus nyeberang lagi. Tapi tidak jauh.

Penyeberangan menuju Olak-Olak, sejajar dengan dermaga Kubu. Hanya maju sedikit. Posisi pasnya, hanya beberapa meter dari Simpang 3 menuju Puskesmas Kubu.

Dekat, tak sampai 5 menit waktu untuk menyeberang. 1,2 orang pun langsung disebrangkan. Hanya Rp5 ribu rupiah ongkosnya. Kalau tidak membawa motor, free. Alias tidak perlu bayar.

Tak jauh dari dermaga, ada gerbang putih bertulis “Selamat datang di Desa Olak-Olak Kubu”. Jalannya bersemen 2 meter. Sebelah kiri jalan, ada parit besar, persawahan. Sebelah kanan jalan banyak kebun kelapa.

Rumah-rumah warga yang di sebelah kiri jalan dan berbatasan langsung dengan parit, masih nampak tergenang air di halamannya. Sedangkan rumah-rumah di sebelah kanan jalan aman. Masih kering, tidak terjangkau air pasang. Jalan yang agak tinggi, menjadi benteng air.

Awalnya jalan lurus saja. Makin ke dalam, makin banyak belok. Hampir di setiap belokan ada semen setinggi pinggang orang dewasa, dan di atasnya ada semen mirip dengan meja. Ada tulisan patok berapa belokan tersebut. Bentuknya, mirip batu tulisan di pemakaman Cina.

Sekarang, kebun-kebun kelapa sedikit demi sedikit beralih pada kelapa sawit. Ada tanaman sawit di sela-sela kebun kelapa pekarangan rumah. Saya belum dapat jawaban pasti mnegenai hal ini.
Teman lama saya bercerita tentang perkembangan tanaman padinya yang kemaren sempat terendam air pasang.

Katanya, padinya subur-subur meskipun belum dipupuk. Ini karena sawah orang lain yang baru habis dipupuk, terguyur hujan lebat, dan padi teman saya yang dapat tempias pupuk hanyut. Teman saya menjelaskan sambil tertawa.

Bu Mardi juga bercerita kalau dia sekarang sedang sibuk maton pari. Membuang gulma, rumput-rumput yang tumbuh di antara tanaman padi.

“Guatel kabeh Mbak tangane ki, bar maton pari”, Bu Mardi bercerita sambil menyingsingkan lengan bajunya, menunjukkan tangan yang gatal.

Baru kali ini saya sampai di Olak-Olak, tapi saat bertamu, serasa sampai di rumah keluarga sendiri. Warganya welcome.

Beruntung saya berkesempatan sampai di sana. Semoga saja ada kesempatan lain untuk berkunjung ke sana. Amin. (*)

Written by Ambaryani

Ambaryani, Pegawai Pemerintahan Kabupaten Kubu Raya. Lulusan Program Studi Komunikasi STAIN Pontianak. Buku berjudul; 1. Pesona Kubu Raya 2. Kubu 360 adalah buku yang ditulisnya selama menjadi ASN Kabupaten Kubu Raya

IMG 20171211 205338 328

Gertak ‘Sabbok’ Kubu

IMG 20171213 074008 913

Damai dengan Etika Jurnalisme dan Investigative Reporting