Saya tidak pernah mendengar nama Pakem sebelumnya. Saya hanya mendengar secara samar dari ilmuwan kondang Kalbar Dr Leo Sutrisno ketika sama-sama berada di struktur Dewan Pendidikan.
“Pakem itu di Jogja Mas.” Begitu lamat-lamat saya ingat. Pakem segera menarik minat saya untuk dilihat lamat-lamat ketika, Minggu, 8/12/19 Romo Leo Sutrisno mengirimkan saya landscape Pakem dari depan rumahnya. Saya berdecak kagum. Amazing!
Pakem katanya di Jogja. Saya suka Jogja. Ini daerah terkenal di Indonesia. Hampir seluruh pusaran sejarah negeri Merah Putih ini berkiblat di sini. Tapi kenapa tetangganya, Pakem saya tidak pernah dengar? Pakem benar-benar pakem. Tersembunyi. Padahal indahnya gak ketulungan.
Saya pun googling. Ternyata Pakem adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Sleman. Oooh Sleman toh. Saya kenal kota ini. Pusaran utama Muhammadiyah Daerah Istimewa Jogjakarta, Indonesia. Jarak Ibukota Kecamatan ke Pusat Pemerintahan (Ibukota) Kabupaten Sleman adalah 14 Km. Gak jauh sama sekali. Sambil berlari pun bisa. Begitu pikir saya.
Pakem dihuni oleh 8.926 KK. Sebagian besar penduduk Kecamatan Pakem adalah petani. I love that.
Foto yang dikirim Romo Leo Sutrisno memikat hati. Landscape Gunung. Sebab rupanya dia di punggung Merapi yang terkenal itu.
Kecamatan Pakem berada di dataran tinggi. Ibukota Kecamatannya berada pada ketinggian 600 meter di atas permukaan laut. Kecamatan Pakem beriklim seperti layaknya daerah dataran tinggi di daerah tropis dengan cuaca sejuk sebagai ciri khasnya. Suhu tertinggi yang tercatat di Kecamatan Pakem adalah 32 °C dengan suhu terendah 18 °C. Bentangan wilayah di Kecamatan Pakem berupa tanah yang berombak, perbukitan serta pegunungan.
Letak Kecamatan Pakem yang berada di lereng Gunung Merapi dan memiliki objek wisata Kaliurang membuat sektor perdagangan, jasa, hotel & restoran menyumbang 40 persen dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kecamatan Pakem. Sektor ini masih memungkinkan untuk dikembangkan dengan mulai diperkenalkannya wisata alam jelajah Merapi.
Saya jadi serasa dekat dengan Pakem karena Dr Leo Sutrisno sejak pensiun mengajar di Universitas Tanjungpura, Pontianak, Kalbar kembali ke Pakem. Beliau banyak mengirim kisah-kisah dari Bumi Pakem.
Saya sebenarnya sejak 1993 sudah menginjakkan kaki ke Kaliurang. Bahkan saya disematkan mandat menjadi Presidium Pers Mahasiswa Wilayah Kalimantan dalam sebuah kongres di Kaliurang. Ternyata antara Kaliurang-Jogja dengan Pakem setali tiga uang. Sayang saya baru tahu sekarang. Tapi better late than never. Apalagi tahu ada Dr Leo Sutrisno di punggung bumi nan indah dan eksotis itu. Next time, I will Come to U Pakem. *