teraju.id, Mercure – Perbedaan, multi etnis dan keragaman budaya adalah ciri khas Bangsa Indonesia, hal ini adalah salah satu nilai kekayaan Indonesia, dimana keberagaman tersebut disatukan dengan bingkai Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI. Arus globalisasi, ancaman modernisasi bukanlah suatu hal yang bisa menggantikan nilai – nilai dan budaya bangsa, sehingga persatuan dan persatuan tetap adalah hal yang utama, baik dalam pesta demokrasi dan perbedaan apapun kita semua disatukan oleh semangat kebangsaan dan budaya demokrasi Pancasila.
Demikian hal tersebut disampaikan Kapolda Kalbar, Irjen Pol Drs Didi Haryono SH MH dalam acara FGD Deklarasi Narasi Kebangsaan Pemilu 2019 yang mengusung tema menakar konflik horizontal dalam pusaran tahun demokrasi Pemilu 2019 yang bertujuan untuk mempersatukan kerukunan budaya dan agama lintas masyarakat di Kalimantan Barat, bertempat di Hotel Mercure Pontianak, pada hari Senin, 1/10/2018.
Hari ini 1 Oktober, tepat kita merayakan hari kesaktian Pancasila dimana esensi dalam peringatan tersebut adalah, salah satu pilar bangsa yaitu Pancasila adalah sebagai pondasi dan pandangan hidup bangsa Indonesia, yang berperan strategis sebagai pedoman dasar untuk mengatur penyelenggaraan ketatanegaraan yang meliputi bidang, ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya serta pertahanan dan keamanan,” katanya.
Di tengah terpaan dan pengaruh globalisasi/modernisasi Indonesia harus menerima konsekuensi perubahan tersebut, terkadang selain dampak positif muncul dampak – dampak negatif yang timbul bahkan dapat mengikis nilai – nilai dan norma yang berlaku di masyarakat, perkembangan teknologi informasi kehidupan di dunia nyata yang tidak paralel dengan kehidupan di dunia digital, terlebih media sosial kini dipenuhi berita informasi palsu (hoax), provokasi, fitnah, sikap intoleran bahkan anti Pancasila.
“Kemajuan teknologi di era globalisasi membuat informasi begitu cepat beredar luas, keberadaan internet sebagai media online membuat informasi yang belum terverifikasi benar dan tidaknya tersebar sangat cepat, seperti yang saya sampaikan ini adalah salah satu dampak dari kemajuan dan era globalisasi tersebut,” ungkapnya
Kembali berbicara tentang demokrasi, tahun ini kita telah melaksanakan Pilkada serentak dan Pemilu 2019 yang sudah memasuki tahapan kampanye, Kalimantan Barat yang syarat dengan kompleksitas serta karakteristik kerawanan tersendiri, pada Pilkada serentak 2018 KPU menetapkan indeks kerawanan pilkada pada rangking ke-2 paling rawan setelah Papua.
“Namun berkat kerjasama, soliditas antar stakeholder, elemen pemerintah dan profesionalitas penyelenggara Pemilu serta serta pemahaman masyarakat Kalbar yang selalu ingin menjadikan pesta demokrasi sebagai pesta yang syarat akan damai, tertib dan sejuk maka pelaksanaan Pilkada serentak 2018 Kalimantan Barat menjadi salah satu provinsi yang tersukses dan teraman,” tuturnya.
Menyikapi pemilu 2019 yang sudah memasuki tahapan kampanye tentunya hal-hal baik yang telah kita lakukan dalam mengawal, melancarkan dan mensukseskan pilkada kemarin menjadi contoh dan referensi kita bersama. “Ada beberapa ancaman ke depan yang harus kita identifikasi bersama dalam penyelengaraan pesta demokarasi 2019, seperti politik identitas, isu hoax/ujaran kebencian, dan konflik horisontal,” ungkapnya.
Penggunaan media sosial makin mengarah kepada ujaran kebencian dan bentuk-bentuk intoleransi serta informasi palsu (hoax) menjadi trending topic yang marak menghiasi jagad media sosial. Hal ini berlangsung khususnya di situasi politik tertentu, misalnya saat pemilu Pilpres dan Pileg 2019, dimana terdapat indikasi adanya persaingan politik yang dilakukan melalui media sosial,” tuturnya.
Peran media dalam membentuk sebuah opini kepada civil society, perubahan dinamika masyarakat saat ini menuntut kita semua berfikir cepat, cerdas dan tepat untuk menentukan bagaimana situasi ini kita bawa kepada situasi yang positif.
“Perkembangan zaman boleh saja terjadi namun kita tetap berpegang kepada benteng dan landasan kita sebagai warga negara, yaitu Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika dan UUD 1945 serta NKRI, sehingga situasi dan kondisi perubahan tersebut menjadi sebuah kebaikan bagi kita bersama, masyarakat bangsa dan negara khususnya di Kalimantan Barat,” terangnya.
Besarnya peran media baik konvensional dan sosial dalam membentuk opini di masyarakat penting kita sikapi dengan bijak karena opini tidak selamanya positif ini dapat dimanfaatkan menjadi sebuah trending sosial yang diarahkan menjadi sebuah isu/pemberitaan yang tidak benar yang mendorong masyarakat cenderung mengambil sikap bahkan tindakan yang bisa memicu kerawanan kamtibmas bahkan dapat menimbulkan perpecahan dan konflik sosial.
“Dalam kurun dua tahun terakhir ini Polda Kalbar sendiri telah menangani 20 tindak pidana ITE, tindak pidana kesusilaan, perjudian, SARA, hacking dan ujaran kebencian, ini diakibatkan penggunaan media elektronik dan media sosial yang tidak bijak,” ungkap dia.
Untuk itu kita hadir bersama di sini membahas dan duduk bersama guna menyatukan kembali komitmen dalam menyuksesakan pesta demokrasi pemilu 2019 di Kalimantan Barat yang aman, lancar dan sukses,” tutupnya
Sebagai informasi, kegiatan FGD ini dihadiri Wakapolda Kalbar; Forkopimda; KPU Provinsi Kalbar; KNPI Kalbar; Ketua BEM seluruh universitas Kalbar; tokoh agama, adat, politik dan tokoh masyarakat Kalbar dan tamu undangan lainnya. (r/cucu)