Oleh:.Yusriadi
Dialog Borneo Kalimantan ke-13 digelar di Pontianak, Kalbar. Kegiatan ini diikuti sastrawan, penulis dan pemerhati dari Kalbar, Kalteng, Kalsel, Palembang, Sarawak, Sabah, Kuala Lumpur, dan Brunei. Ratusan orang yang hadir dalam forum itu. 16 materi dibentangkan. Isu sastra, bahasa, dan budaya, dibahas.
Kegiatan itu bagi saya sangat istimewa. Luar bisa.
Saya mengingat momen serupa 21 tahun lalu. Tahun 1996. Saat saya masih mahasiswa, yang kebetulan muncul di forum itu.
Kala itu, kegiatan dilaksanakan di Auditorium Untan Pontianak. Peserta juga ramai. Dari Kalbar dan luar.
Pematerijuga ramai seperti sekarang ini.
Kala itulah saya mulai berkenalan dengan Prof. Dr. James T. Collins. Prof Jim, menjadi salah satu pemakalah utama. Beliau menyampaikan makalah tentang BOrneo Bagian Barat sebagai titik tolak pengkajian sejarah bahasa Melayu.
Ceramah beliau menarik. Saya yang datang dalam dialog itu untuk liputan –membuat tulisan, kemudian memilih Prof. Jim sebagai narasumber. Saya wawancarai beliau untuk waktu yang panjang. Kami bicara banyak hal.
Terutama, soal hipotesis dan saran untuk penelitian lebih lanjut.
Intinya, Prof. Jim mengakui masih kurang data, dan berharap data itu digali oleh peneliti orang Kalbar sendiri, orang dalam.
Setelah kegiatan itu selesai, saya dan Prof. Jim masih terus kontak. Panjang cerita, saya menjadi murid beliau, belajar di Universiti Kebangsaan Malaysia. Saya belajar ilmu bahasa dan melakukan sebagian dari “amanah” yang disampaikan Prof. Jim.
2017, sebagai murid, kini, di dialog yang sama di kota yang sama, setelah 21 tahun, Dialog Borneo-Kalimantan ke-13, dilaksanakan. Saya ambil bagian di sini, bicara tentang bahasa di pedalaman Kalbar.
Saya ambil bagian dalam bayangan masa lalu.
Terima kasih kepada pihak penyelenggara Dialog Borneo Kalimantan. (*)