in ,

Ketika Keluarga Jawa “Belajar” dari Orang Melayu

IMG 20180614 140456 752

Oleh: Yusriadi

Hari ini, Kamis (14/6) penghujung Ramadan. Saya dan keluarga berada di kampung di hulu Sungai Sambas. Jarak dari Pontianak lumayan jauh. Kemarin, kami berangkat dari Pontianak pukul 09-an, tiba di rumah keluarga di kampung pukul 17.30-an. 8 jam perjalanan darat.

Tahun ini kami memilih lebaran di hulu Sambas karena kampung ini lebih dekat dibandingkan kampung kelahiran saya di Kapuas Hulu. Pergi ke tempat yang dekat lebih ringkas persiapannya dibandingkan ke tempat yang jauh –persiapan lahir batin.

Ketika tiba di kampung yang umumnya orang Jawa dan Sunda, suasana lebaran sangat terasa. Di rumah, sudah berkumpul banyak orang. Keluarga dari sebelah istri sudah di rumah lebih dahulu. Rumah jadi ramai.

Yang menarik, ibu mertua, bu lek dan adik ipar, sedang memanggang kue lapis. Kue khas Melayu Sambas. Jadi, sekarang kue ini juga bergerak lintas etnik. Kayaknya kue ini menjadi kue penting untuk suguhan kepada tamu yang nanti datang berlebaran.

Saya mendengar kue lapis sudah lumayan lama menjadi kue lebaran keluarga di sini. Mereka belajar membuatnya dari tetangga dan keluarga lain, dan tetangga atau keluarga itu sebelumnya belajar dari orang Melayu. Apakah rasanya sama dengan rasa original Melayu, entahlah. Yang penting namanya, komposisi bahan dan cara memasaknya, sama: kue lapis yang dimasak berlapis-lapis.

Selain kue itu, tadi, bapak mertua dan biras saya, menebang pohon sawit, mengambil bagian dalam yang muda. Umbut namanya. Lebaran ini keluarga menyediakan menu sayur umbut sawit sebagai menu tambahan. Maaf, ini usul saya yang didukung istri dan diiyakan mertua.

Bagi mereka, kehadiran sayur ini di hari besar, mungkin agak aneh. Belum pernah. Biasanya hanya ayam dan sayur kentang dan lainnya. Umbut sudah “pandai” mereka sayur kala hari-hari biasa, secara kebetulan menebang pohon sawit.

Tetapi bagi saya, menu ini sudah biasa dijumpai pada acara hari dan makan besar begini. Di kampung, di Kapuas Hulu, umbut selalu ada. Jenisnya, ransa, kadang… kelapa dan sawit. ketika makan bersama setelah salat Ied, menu sayur umbut pasti ada. Inilah menu utama, memanfaatkan tanaman lokal.

Soal bumbu, ada emak biras saya yang kebetulan orang Kapuas Hulu. sehingga cara memasak umbut benar-benar cara Ulu.

Sekarang keluarga Jawa sedang belajar memanfaatkan tanaman lokal, sawit yang ditanam merata-rata. Sawit jantan atau sawit yang tidak mau berbuah bisa dimanfaatkan umbutnya untuk menu utama di acara makan besar.

Saya kira itulah bagian dari proses mereka menjadi orang Kalimantan, selain upaya-upaya yang lain.

Memanfaatkanapa yang ada di sekitar mereka untuk kehidupan mereka, dan belajar dari orang lain yang bertetangga atau yang ada di samping mereka. Inilah prinsip, di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung.

Selamat hari raya Idulfitri, maaf lahir dan batin. (*)

Written by Yusriadi

Redaktur pada media online teraju.id dan dosen IAIN Pontianak. Direktur Rumah Literasi FUAD IAIN Pontianak. Lulusan Program Doktoral ATMA Universiti Kebangsaan Malaysia, pada bidang etnolinguistik.

WhatsApp Image 2018 06 05 at 14.10.59

Farewell Party untuk Siswa-Siswi Asing dari 10 Negara

IMG 20180618 092842 990

Satai Mendambakan Jembatan