Oleh: Nur Iskandar
Pertemuan teknis membahas detil program “Festival Nadi khaTULIStiwa” terus berlanjut sejak Walikota Pontianak merestui “Fena 2020” merupakan bagian dari pemaknaan hari jadi Kota Pontianak yang jatuh pada 23 Oktober 1771-23 Oktober 2020 bertempat di ruang rapat Kantor Walikota, Jumat silam sebagai menyusul pertemuan sebulan sebelumnya. Kali ini rapat besar bertempat di Lentera Cafe, kawasan Parit Mayor, Pontianak Timur, Minggu, 18/10/20. Rapat dimulai pukul 20.00 WIB dan berakhir hampir tengah malam.
Hadir panitia pengarah dari berbagai organisasi, yakni Group Band Arwana, Teraju News Network, Yayasan Sultan Hamid, Kampoeng English Poernama, Bina Antarbudaya Chapter Kalimantan Barat (Pontianak), Akselerasi Indonesia, hingga Asosiasi Tradisi Lisan maupun Balai Bahasa Provinsi Kalimantan Barat.
Seluruh mata acara dibahas–dikupas tuntas. Belly Satria yang akrab disapa Koko Beng bertindak sebagai koordinator acara. Seluruh mata acara digawangi sosok yang juga Koordinator Public Relation di Bina Antarbudaya Chapter Kalimantan Barat (Pontianak). Di bawah koordinasinya ada sekira 300 volunteer atau relawan yang siap bergotong-royong mengerjakan hal ihwal kegiatan–termasuk Relawan Sultan Hamid II Alkadrie. Mata acara pertama adalah serial webinar dengan berbagai tema menarik sekaligus sosialisasi setiap mata acara yang akan ditampilkan. Demikian adalah pesan Walikota Ir H Edi Rusdi Kamtono, MM, MT agar domain acara bersifat online atau virtual. Hal ini dikarenakan kondisi Pandemi Covid-19. Termasuk jumpa pers yang mengunakan sistem visual terbatas pada 23 Oktober 2020–namun mengedepankan virtual. Begitupula penampilan Group Band Arwana yang merayakan ulang tahun peraknya–25 tahun eksis di blantika musik nasional pada puncak acara Sumpah Pemuda 28 Oktober 2020–sekaligus tribute to Sultan Hamid II Sang Perancang Lambang Negara–simbol persatuan bangsa dan negara–sumbangan negarawan asal Kalimantan–khususnya Kota Pontianak.
Sultan Hamid II Alkadrie mulai dikenal publik setelah diangkat sebagai sultan ketujuh menggantikan ayahnya Sultan Muhammad yang tewas dibunuh Dai Nippon Jepang, 1944. Debut sebagai Sultan menyebabkan Hamid bersama Soekarno-Hatta mendesain diplomasi pengakuan kedaulatan proklamasi 17/8/45 dari Belanda. Hamid kemudian menjadi Menteri Negara RIS sekaligus memberikan sumbangsih Lambang Negara Elang Rajawali Garuda Pancasila.
Acara menarik lainnya di Fena 2020 adalah Teraju News Network Award dengan sejumlah tokoh lokal, nasional, internasional menjadi nomini peraih penghargaan Livetime Achievment Award. Award pertama jatuh kepada Sultan Hamid II Alkadrie sebagai Pahlawan Bangsa. Nomini lainnya diumumkan ke depan saat acara. Dan puncaknya adalah budaya dunia tak benda menembus Unesco-PBB berupa pantun Nusantara dari Kota Pontianak. Fena 2020 diharapkan Panpel bisa sukses dan mendapat dukungan luas masyarakat. Tidak hanya di Kota Pontianak dan Kalimantan Barat, tetapi juga Nusantara dan penikmat seni – sastra seluruh dunia melalui tayangan media online maupun mainstream. Sukses Fena 2020 menentukan gawean Fena 2021. Bravo Musik Kalbar.
Mengapa Festival Nadi khaTULIStiwa? Nadi adalah urat penting kehidupan. Khatulistiwa adalah batas utara dan selatan dunia. Titik nol-nya dari Kota Pontianak yang sungainya terpanjang di Indonesia dengan ikan termahalnya adalah Arwana. Salah satu judul hits Arwana adalah Nadi Khatulistiwa. Festival Nadi Khatulistiwa disingkat Fena karena idiom pena sebagai catatan. Catatan adalah bukti kesejarahan. Maka kata khaTULIStiwa dinyatakan dengan huruf besar TULIS. Demikian agar budaya literasi tumbuh di Indonesia. Literasi cerdas, masyarakat pun cerdas tidak mudah termakan isu kabar bohong dan hoaks.*