in ,

Para Pegiat Perdamaian Serukan Kalbar Damai Milik Kita

IMG 20170522 101746 122

teraju.id, Pontianak – Bertempat di ruang rapat Kampus Universitas Nahdlatul Ulama (UNU) Kalbar, setelah meminta dan mendapat persetujuan dari pihak kampus untuk menggunakan salah satu ruang, agenda berbincang bersama rekan-rekan pegiat perdamaian lintas latar belakang seputar isu terkini Kota Pontianak dan Kalbar pun dilakukan.
Pada Minggu, 21 Mei 2017 sekitar pukul 14.00 hingga selesai itu dimulai dengan perkenalan masing-masing peserta yang hadir dan secara detail saling menyebutkan latar belakang, dilanjutkan dengan uraian masing-masing tentang pendapat dan apa yang dirasakan atas situasi tersebut.
Apa yang bisa dan realistis dilakukan? Bagaimana sebaiknya sikap pegiat perdamaian? Berikut pernyataan “Kalbar Damai Milik Kita”.

Prolog
Sabtu siang hingga sore (20/5/2017), ketegangan sempat menghampiri situasi di sekitar Jalan Gajah Mada Kota Pontianak, Provinsi Kalimantan Barat. Peristiwa yang bertepatan dengan hari Kebangkitan Nasional ini diwarnai dengan sebuah insiden dan potensi gesekan antarwarga yang semestinya tidak perlu terjadi. Situasi tersebut rentan menjurus pada situasi buruk destruktif yang tidak diinginkan. Terlebih sebelum dan pasca peristiwa tersebut tersiar informasi yang beragam melalui akses sejumlah saluran media komunikasi dan berpotensi kian menambah kegaduhan. Namun demikian, syukurlah situasi tersebut berangsur kondusif. Bila situasi tidak nyaman seperti ini terus berlarut, maka yang paling dirugikan adalah kita sesama warga dengan latar belakang yang realitasnya memang beragam.
Situasi yang terjadi mengingatkan kita semua untuk mawas diri, ambil bagian dengan turut memastikan dan menjaga agar Kota Pontianak, terutama Kalimantan Barat menjadi rumah yang nyaman untuk dihuni semua warga. Kita percaya dalam hati terdalam setiap insan dan bahkan dari setiap keyakinan yang dianut maupun aliran kepercayaan leluhur sekalipun menghendaki adanya harmoni antarsesama. Menghendaki adanya rasa nyaman, aman dan damai. Karena itu, hakikatnya rasa damai yang menjadi asa tersebut adalah milik kita semua. Menjadi milik kita bersama yang tidak boleh dirusak oleh sejumlah oknum.
Dalam situasi Kota Pontianak dan Kalimantan Barat yang saat ini akan menghadapi pesta demokrasi, maka bukan tidak mungkin situasi yang terjadi justeru sengaja dikelola dan bahkan dimanfaatkan oleh sejumlah oknum tertentu yang cerdas membaca situasi dengan menjadikannya peluang untuk memuluskan kepentingannya. Potensi benturan antarsesama warga yang lahir karena luapan emosi semata hanya akan semakin memperpanjang masalah dan bukan malah memperbaiki situasi.
Pada sisi lain, harus disadari pula bahwa suku, agama, ras antar golongan (SARA) adalah khasanah, potensi dan modal sosial yang menjadi realitas. Seharusnya ia menjadi perekat
dan pemersatu antarsesama warga, dan bukan malah sebaliknya. SARA dalam perjalanan sejarahnya harus disadari kerap digunakan sebagai alat dan komoditas dalam melakukan provokasi oleh kalangan tertentu. Sedangkan usaha untuk memprovokasi dengan berbagai motifnya tersebut bisa lahir baik dari dan oleh siapapun. Kondisi yang seperti ini baik bila disadari sebagai bagian dari antisipasi. Karena dapat menjadi celah terbuka yang berpotensi mengoyak semangat kebersamaan dalam keberagaman yang terbangun begitu apik antar warga selama ini.
Damai hakikatnya adalah sebuah proses dan bukan hasil akhir. Karenanya intensitas, sinergisitas, asa dan komitmen bersama dalam merawat, menjaga hingga membuahkan kondisi harmonis penting menjadi perhatian bersama secara terus menerus agar kohesi sosial tetap hadir.
Kekerasan sejatinya tindakan yang tidak produktif bagi persatuan sesama anak negeri, terlebih dengan begitu gampangnya simbol-simbol identitas diseret di dalamnya.
Kekerasan vs kekerasan, hanya akan melahirkan korban dan kobaran permusuhan sesama warga. Karenanya, menyadari bahwa Kalbar adalah rumah kita dan rasa aman nyaman – damai harus hadir dalam setiap diri penghuninya, maka kami Warga Kalimantan Barat Lintas Latar Belakang dengan ini menyerukan:
Pertama, mengajak agar segenap komponen warga Kalimantan Barat untuk waspada, menahan diri dan tidak gampang menyampaikan provokasi dan atau terprovokasi atas berbagai isu maupun informasi yang berpotensi memecah belah sesama anak negeri.
Kedua, mendukung dan meminta kepada aparat untuk bertindak tegas dan profesional dalam menjaga dan memastikan rasa aman, nyaman dan damai bagi segenap warga.
Ketigam mengecam berbagai bentuk tindakan provokasi, sikap intoleran dan cara-cara kekerasan (radikal) oleh oknum dan atau organisasi dari pihak manapun yang mengancam sekaligus berpotensi mengoyak keutuhan sebagai warga bangsa di Bumi Khatulistiwa dalam bingkai NKRI.
Keempat, mengajak segenap komponen untuk tidak mudah menyertakan simbol-simbol identitas yang dapat memicu ketegangan sosial yang berujung konflik antarsesama manakala terjadi persinggungan atau insiden murni antarpribadi maupun antarkelompok.
Kelima, mengajak dan meminta para elit, pemuka dan segenap komponen masyarakat untuk mengambil peran sebagai perekat semangat kebersamaan dan persatuan dalam keberagaman demi menjaga persatuan bangsa yang damai dan tentram, serta bukan malah sebaliknya.
Keenam, meminta dan mendukung insan pers dalam melakukan peliputan untuk menyampaikan informasi sahih yang mendidik dan profesional berbasis jurnalisme damai bagi terwujudnya kedamaian untuk semua.
Ketujuh, mensyukuri dan menjadikan realitas keberagaman maupun realitas sosial budaya yang indah sebagai modal kebersamaan dan perekat persatuan antar sesama warga.
Ditetapkan di Kota Pontianak, 21 Mei 2017. Adapun Warga Kalbar Lintas Latar Belakang yang meneken pernyataan sebanyak 44 orang. Mereka adalah Hendrikus Adam, Pradono, Jimmy S. Mudya, Ayen Nurita, Ragil Maulana, Muhammad Fakhrurrozi, Irena Yovanka Tasya Avrina, Meidi Sastrayansyah, Lalu Iskandar, Umar Jailani, Khairur Rijal, Singgih Herlambang, Yunita Sari, Novita Sari, Rosadi Jamani, Paul Nelwan, Qomaruzzaman, Bella Saputri, Stephanus Paiman OFM Cap, Ansilla Twiseda Mecer, Eva Caroline, Norman Jiwan, Mateus Pilin, Anton P. Widjaya, Ade Nizar Maulana, Petronela Marlina, Agustinus Agus, Petrus Kanisius, Ewaldus Dinorian Sukardi, Felix Belawing, David, Junaidi, Abdias Yas, Krissusandi Gunui’, Steven Greatness, Richardus Giring, P. Bagara Darmawan, OFM Cap, M. Zuni Irawan, Endang Sri Lestari, Margareta Koni, Nur Iskandar, Sri Hartini, Nicolaus Apin, Subro.
NARAHUBUNG: # Hendrikus Adam (085245251907). # Pradono (08125783943). # Muhammad Fakhrurrozi (081349449344). # Jimmy S. Mudya ( 085654838909).
Pernyataan di atas disadari bahwa seluruh pegiat hadir dengan beragam latar belakang berbeda dan itu bukan menjadi halangan untuk berbagi dalam suasana kekeluargaan. Situasi yang terjadi pada Sabtu (20/5/17) disadari sebagai situasi yang perlu menjadi perhatian bersama. Seruan ini adalah salah satu buah dari bincang-bincang bersama tersebut. (Nuris)

Written by Nur Iskandar

Hobi menulis tumbuh amat subur ketika masuk Universitas Tanjungpura. Sejak 1992-1999 terlibat aktif di pers kampus. Di masa ini pula sempat mengenyam amanah sebagai Ketua Lembaga Pers Mahasiswa Islam (Lapmi) HMI Cabang Pontianak, Wapimred Tabloid Mahasiswa Mimbar Untan dan Presidium Wilayah Kalimantan PPMI (Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia). Karir di bidang jurnalistik dimulai di Radio Volare (1997-2001), Harian Equator (1999-2006), Harian Borneo Tribune dan hingga sekarang di teraju.id.

IMG 20170521 WA0003

Ketegangan Tanjung Raya karena Razia Senjata Tajam

IMG 20170522 WA0002

KPU Provinsi Kalbar Gelar Pelatihan Media Meliput Pemilu