teraju.id, TNN – Pegiat sosial lingkungan Hermayani Putera menemukan fakta yang menyekak dada. Petinggi WWF yang kini bergiat di mesjid dan tutorial pemberdayaan masyarakat terpaksa menulis di laman FaceBooknya.
[“Sudah lama saya menghindari postingan tentang pandemi COVID-19. Kalaupun ada sesuatu yang saya posting, ini biasanya terkait dengan laporan distribusi bantuan kemanusiaan yang digalang lewat Ikatan Alumni SMAN 1 (IKA SMANSA) Pontianak dan jaringan lainnya dalam membantu pengadaan Alat Pelindung Diri (APD) bagi tenaga medis yang berada di garis depan. Atau bantuan makanan dan logistik lainnya kepada masyarakat yang terdampak COVID-19.
Kali ini saya terpaksa harus berbagi sesuatu berkaitan dengan COVID-19 ini. Barusan ngobrol via chat dengan teman-teman tenaga medis, yang bekerja di Puskesmas. Saat ini mereka ada dalam dilema tingkat dewa.
Di satu sisi ada kewajiban menjalankan tugas profesi kesehatan melayani masyarakat dan pasien, terutama terkait COVID-19. Tapi hak mereka untuk mendapatkan asupan nutrisi dan multivitamin yang standar untuk meningkatkan daya imun mereka juga tidak maksimal disediakan pemerintah atau entah oleh pihak mana lagi yang terkait ini. Yang mereka bisa lakukan sendiri tentu saja sangat terbatas sesuai kemampuan finansial mereka.
Ketika salah satu dari rekan mereka ada yang reaktif atau bahkan positif COVID-19 dan harus dilakukan tes swab kepada mereka di unit kerja yang sama, hasilnya lama sekali baru didapat. Sementara mereka masih harus terus melayani pasien dan berinteraksi sosial baik dengan keluarga maupun khalayak lebih luas karena mereka juga adalah makhluk sosial.
Mereka merasakan ketidakadilan. Ketika public figure atau tokoh politik yang reaktif atau positif COVID-19, dan dilakukan tes terhadap mereka, hasilnya cepat sekali keluar.
Ada yang bisa bantu menjelaskan keluhan dan curhat tenaga medis ini?]
Pada laman FB tertanggal 1 Oktober 2020 bertepatan dengan Hari Kesaktian Pancasila itu terasa sangat perih sehingga hari introspeksi nilai-nilai Pancasila persis jadi “Hari Kesakitan” Pancasila. Betapa tidak, lihat komentar-komentar yang mendarat deras di laman FB tersebut.
Mantan Pemimpin Redaksi Harian Pontianak Post di Kota Ketapang menyeletuk, “BG Midji yang musti jawab ini”. Bang Midji yang dimaksud adalah Gubernur Kalbar H Sutarmidji, SH, M.Hum yang dikenal punya atensi sangat keras pada Pandemi Covid-19 sehingga Kalbar jadi percontohan tingkat kesembuhan tertinggi di Indonesia.
Imam Bukhari mantan aktivis mahasiswa menukas anggaran negara yang sangat besar untuk Covid-19. “Sungguh pun gitu mereka masih di fitnah cari keuntungan dari pandemi ini pak herma…Sekarang yang meski bertanggung jawab adalah pemerintah baik pusat maupun daerah. Bukankah pemerintah sudah menyebutkan besar nya anggaran covid yg telah menyebabkan tenaga medis di anggap menerima anggaran tersebut.”
Sintya Agustianti meluruskan pola koordinasi masalah tersebut di atas. Katanya, “Mungkin kepala puskesmasnya bisa lapor ke gugus tugas we…kadis kesehatan salah satu anggotanya dan puskesmas berada di bawah dinas kesehatan.”
Terhadap halitu Hermayani menjawab, “Mereka sudah lakukan itu. Sudah tiga minggu laporan mereka sampaikan, belum ada respon memadai sampai sekarang.”
Roffi Faturahman menambahkan, “Para pejabat dan lingkaran dalamnya (ajudan, pengawal, dan keluarga) dalam sekejap mata bise dipastikan kondisinya, sehingga langsung bisa ditangani dengan cepat….Sementara…..Masyarakat menengah kebawah (orang miskin), dan pegawai rendahan harus nunggu sekian purnama, dengan aturan tidak boleh keluar rumah….udah lah tak ade duit, tak bise kerje, tak bise cari obat….Padahal uang yang dipake para pejabat (petinggi) itu kan uang rakyat (sebagian besar dari pajak)….#TanyaKenapa.”
Indra Wahyudi mengajak bersabar saja. Menurutnya, “Ini seperti fenomena alam Bro.. emang sudah dari sononya seperti itu…tanpa perlu penjelasan mengapa ini terjadi.. miris..bersabar, ikhlas & berdoa.. adalah kata kunci buat nakes.. Allah SWT tidak pernah tidur.. Allah SWT bersama kalian..”
Dedi Juliadi menimpali, “Adik saya tenaga medis terkonfirmasi positif, setelah 5 hari swab, selama 5 hari itu dia tetap bekerja.”
Hal tersebut di atas Nur Iskandar ikut merespon. “Realitasnya begini ya—keluarga saya yang paramedis juga cerita begitu. Paramedis kita pahlawan tingkat dewa saat ini. Doa dan dukungan dari kami. Kami sedekah buah dan sayur yak di Kampoeng English Poernama Agro……keep contact.”
Realitas kisah di atas nyata di tengah masyarakat Kota Pontianak, Kota Khatulistiwa yang jauhnya dengan Wuhan asal muasal Covid-19 dibelah laut dan samudera tak terperi. Virus itu nyata dan butuh koordinasi yang kuat di antara sesama. (kan)