Kata Arman, situasi Kota Singkawang menjelang pilkada Februari 2017 memang ada letupan-letupan kecil. Yakni pelemparan bom molotov di kelenteng atau vihara, disusul kemudian dengan pengrusakan patung naga. Menurutnya, semua itu harus kita sikapi sebagai tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, atau individu yang memiliki potensi mereduksi kekerasan agar Kota Singkawang tetap dalam kondisi positif dan nyaman.
Pemkot Singkawang: Terjadi Letupan Kecil yang Bikin Riuh
* Dialog FKPT Ingat Peribahasa: Hanya Keledai yang Masuk Lubang Dua Kali
teraju.id, Dangau Singkawang – Staf Ahli Pemkot Singkawang Drs Arman Suyono mewakili Walikota saat membuka kegiatan dialog FKPT bersama tokoh masyarakat dengan tema “Kebudayaan Sebagai Kearifan Lokal (Local Wisdom) Merupakan Energi Potensi Meredam Radikalisme dan Terorisme” di Hotel Dangau mengakui kondisi saat ini sedang riuh. Namun ia percaya bahwa pemerintah bisa mengatasi masalah yang tidak hanya terjadi di Kota Singkawang, namun juga kota-kota lainnya di Indonesia.
“Tema di atas sangat relevan. Sebab situasi saat ini sedang riuh. Hal itu dapat dilihat dari media arus utama maupun media sosial. Namun kita yakin pemerintah bisa menangani dengan riuh-rendah tersebut secara baik dan benar,” ungkap Arman yang tampil di hadapan sekitar 175 peserta.
Kata Arman, situasi Kota Singkawang menjelang pilkada Februari 2017 memang ada letupan-letupan kecil. Yakni pelemparan bom molotov di kelenteng atau vihara, disusul kemudian dengan pengrusakan patung naga. Menurutnya, semua itu harus kita sikapi sebagai tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, atau individu yang memiliki potensi mereduksi kekerasan agar Kota Singkawang tetap dalam kondisi positif dan nyaman.
Kata Arman, situasi Kota Singkawang menjelang pilkada Februari 2017 memang ada letupan-letupan kecil. Yakni pelemparan bom molotov di kelenteng atau vihara, disusul kemudian dengan pengrusakan patung naga. Menurutnya, semua itu harus kita sikapi sebagai tokoh agama, tokoh masyarakat, tokoh adat, atau individu yang memiliki potensi mereduksi kekerasan agar Kota Singkawang tetap dalam kondisi positif dan nyaman.
“Dalam konteks pilkada, bahwa sekecil apapun isu yang bersifat provokatif dapat memancing konflik. Oleh karena itu kita selaku individu, bisa mengelola potensi konflik agar tidak menjadi destruktif atau merusak tatanan yang baik dan sudah dinikmati secara bersama-sama,” imbuhnya. Kota Singkawang sendiri dikenal sebagai kota yang toleran dengan 19 jenis suku atau etnis di dalamnya. Kota Singkawang adalah Kota Toleran ketiga seluruh Indonesia.
“Kearifan lokal sesungguhnya dimiliki oleh setiap suku. Kearifan lokal adalah nilai nilai yang tumbuh dan berkembang dan dipegang teguh komunitas. Saya yakin, local wisdom tak pernah membawa komunitasnya berkonflik,” timpalnya seraya berharap bahwa sepanjang dialog, telah hadir narasumber yang piawai di bidangnya seperti BNPT, akademisi, bahkan mantan teroris, Ali Fauzi Manzi. “Kita sebagai individu, juga jalan terus merawat damai di mana saja kita berada. Local wisdom menurut saya bisa menjadi alas kebijakan agar tatanan sosial masyarakat yang damai terwujud,” imbuhnya seraya mengingatkan warisan leluhur berupa peribahasa: Jangan seperti keledai masuk ke lubang dua kali.(nuris)
Hobi menulis tumbuh amat subur ketika masuk Universitas Tanjungpura. Sejak 1992-1999 terlibat aktif di pers kampus. Di masa ini pula sempat mengenyam amanah sebagai Ketua Lembaga Pers Mahasiswa Islam (Lapmi) HMI Cabang Pontianak, Wapimred Tabloid Mahasiswa Mimbar Untan dan Presidium Wilayah Kalimantan PPMI (Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia). Karir di bidang jurnalistik dimulai di Radio Volare (1997-2001), Harian Equator (1999-2006), Harian Borneo Tribune dan hingga sekarang di teraju.id.