Oleh: Ismail Ruslan
Hari Sabtu, 11 Nov 2017 bertempat di SMPN 01 Kecamatan Kubu dilaksanakan FGD Pendidikan Perdamaian yang diikuti 12 guru dan 35 Siswa SMP 01 Kecamatan Kubu. Kegiatan yang difasilitasi tim peneliti dari IAIN Pontianak ini dimaksudkan untuk menggali potensi kearifan lokal masyarakat Kubu dalam memahami keragaman. Kubu dihuni oleh etnik mayoritas Melayu dan suku-suku lain, memiliki agama yg berbeda-beda.
Dari paparan para guru terungkap bahwa sejak dulu hingga saat ini tidak pernah terjadi konflik antar kelompok etnik dan penganut agama di Kubu. Salah satu kekuatan yg dimiliki masyarakat adalah mereka mampu merawat dan menjaga kearifan lokal. Salah satu kearifan lokal Kubu adalah meramu dan budaya tali ai’. Budaya Meramu dan Tali Ai’ menjadi perekat masyarakat Kubu.
Budaya meramu merupakan tradisi masyarakat Melayu Kubu yang dilaksanakan menjelang pernikahan. Setiap orang berbagi peran dan terpanggil untuk ikut mensukseskan acara pernikahan tetangganya. Ada rasa malu dan sanksi sosial jika tetangga tidak membantu yang punya hajat.
Bagi laki-laki bisa membantu dengan cara mencari kayu bakar untuk bahan memasak. Kayu bakar ini sangat bermanfaat karena digunakan untuk memasak nasi. Bagi perempuan Kubu juga dapat membantu yang punya hajat dengan membantu memasak sayur, lauk pauk dan lainnya. Meramu juga berkaitan dengan kegiatan mencari kayu untuk pentas dan tenda. Pada masa lalu, semua bahan harus dicari.
Budaya Tali Ae’ juga merupakan kekayaan masyarakat Kubu. Budaya ini dilaksanakan menjelang perkawinan. Umumnya mereka yang ikut dalam kegiatan ini adalah pemuda dan pemudi tidak dibatasi dari agama dan etnik. Pemuda dan pemudi bersama sama membuat dekorasi seperti di sekitar pelaminan, atau di tenda undangan serta janur yg dipasang di ujung kampung sebagai pertanda lokasi acara. Budaya ini mengikat mereka dan menjadi perekat hubungan antar sesama. Hubungan ini menjadi modal untuk menjaga damai di antara mereka. (*)