Teraju News Network, RuMel – Prof Dr H Chairil Effendy, MS dikenal sebagai mantan Rektor Universitas Tanjungpura yang budayawan. Ia kini lebih dikenal sebagai Ketua Umum Majelis Adat Budaya Melayu (MABM) Kalimantan Barat. Sedikit orang yang mengenal Prof Chairil adalah aktivis pers kampus. Bagaimana jalan ceritanya?
[05.13, 22/10/2020] nuris: Pada saat menimba ilmu di FKIP Universitas Tanjungpura jurusan bahasa, Chairil yang lahir di Singkawang dan gemar menulis artikel berpikir kritis. Bahwa kampus yang dipimpin ilmuan asal Sekadim, Sambas belum punya media massa mahasiswa yang menampung budaya akademis, yakni olah pikir, data dan analisa.
Chairi di tahun 1984 itu memberanikan diri menghadap Rektor Hadari Nawawi.
Pucuk dicinta ulam pun tiba. Rektor pendiri FKIP dari IKIP Bandung di Pontianak ini setuju. Dia kasih waktu dua minggu bagi Chairil membentuk timnya.
Chairil pun senang hati. Ia bersama Suryadi Sowinangun, Syarif, Muh Zein, Muharso Taufik membentuk tim redaksi. Nama medianya Mimbar Untan, dan terus eksis bahkan berkembang hingga sekarang. Mimbar Untan banyak menghasilkan jurnalis berkualitas di level lokal hingga nasional-internasional. Ini berkat tangan dingin Chairil Effendy.
Banyak kenangan dia bagikan. Antara lain cetak Mimbar Untan di Peruda Mandau Dharma kini menjadi Perusda Aneka Usaha. Percetakan Mamdau Dharma juga bermetamorfosis dengan Jawa Pos menjadi Akcaya kemudian menjadi Pontianak Post.
Angkatan kedua Mimbar Untan, yakni rekrutmen terbuka. Terdapatlah nama wartawati Sarmini yang kelak menjadi wartawati pendobrak dominasi wartawan di dapur redaksi bersama Yuli dan Sarwendah.
“Saya pernah dimarah Dekan FKIP Djawadi Hasid karena cetak fotonya gelap. Padahal mungkin salah cetak, tapi juga memang Beluau gelap,” kenang Chairil seraya senyum. “Pak Djawadi benar benar marah saat itu,” kenangnya.
Chairil juga berkisah soal biaya cetak dan iklan. Alhasil, suka duka dapur redaksi pernah ia rasakan. Namun kini Beliaulah doktor pertama yang guru besar, alumni pers kampus Mimbar Untan. *