teraju.id, Pontianak – Kepala Kantor Kementerian Agama Kalbar Ridwansyah, M.Si, mengatakan upaya Kemenag Kalbar menghadirkan narasi positif merupakan bentuk panggilan kemanusiaan. Informasi yang positif dan valid sangat dibutuhkan sebagai penenang dalam kehidupan masyarakat.
Hal tersebut disampaikan Ridwansyah saat melaunching buku “Panggilan Kemanusiaan: Jalan Tengah Memaknai Corona” di Aula Kanwil Kemenag Kalbar, Rabu, 2 September 2020. Buku terbitan Enggang Media tersebut ditulis oleh Tim Penulis yang dibentuk oleh Bidang Penaiszawa Kemenag Kalbar.
Diakui Kakanwil, sejak pandemi covid-19 melanda negeri, banyak informasi tentang covid-19 yang menyebar baik melalui media resmi maupun media sosial. Informasi tersebut dengan mudah diterima dan disebarkan oleh masyarakat, kadang-kadang tanpa saringan. Narasi yang disebarakan itu mereka terima dan ikuti, kadang dapat menyebabkan munculnya tindakan kontra produktif dengan langkah-langkah penanganan yang diambil oleh pemerintah.
Dampak ekonomi, sosial maupun kesehatan yang ditimbulkan oleh Penyebaran Pandemi Covid-19 menjadi semakin kompleks dengan beredarnya berbagai informasi dan berita hoax yang dapat memunculkan kebingungan dan keresahan di masyarakat. Maka kehadiran narasi-narasi yang terbangun dari cara berpikir yang benar dan sumber informasi yang valid menjadi sangat dibutuhkan sebagai penenang dalam kehidupan sosial di masyarakat.
“Oleh karenanya kehadiran Buku yang berjudul “Panggilan Kemanusiaan Jalan Tengah Memaknai Corona” menjadi sangat relevan bukan hanya untuk menjawab berbagai isu negatif dan hoax yang berkembang mengiringi pandemi covid-19, juga menjadi sebuah bentuk kesadaran, akan tanggung jawab kemanusian dalam mengokohkan nalar sehat yang harus terjaga dalam menghadapi arus kekacauan dalam berpikir maupun bersikap sebagai dampak terpaan informasi dan narasi negatif yang keliru dan menyesatkan,” ujarnya.
Disebutkannya, contoh narasi positif yang dihadirkan buku ini misalnya dalam salah satu tulisan yang berjudul “Takut corona membawa kecintaan kepada Allah”, adalah menarik menurut saya, karena merupakan pelurusan dari cara berpikir yang keliru dibangun oleh sebuah narasi keliru yaitu “Takut Allah atau Takut Corona”. Karena memang sangatlah tidak pas untuk menghadap-hadapkan atau membandingkan ketakutan kepada Allah sebagai Tuhan yang menciptakan seluruh makhluk dengan corona sendiri sebagai makhluk ciptaan Allah. Mengambarkan/menarasikan ketakutan kepada corona yang akan menggeser ketakutan kepada Allah adalah kekliruan dalam cara berpikir.
Oleh karenanya sangat tepat dibangun narasi yang sehat dan benar sebagaimana yang dikemukakan oleh penulis “Takut corona membawa kecintaan kepada Allah”. Karena memang corona adalah makhluk sangatlah tidak layak untuk ditakuti melebihi ketakutan kepada Allah. Dan jika pun ketakutan itu ada dan tidak terhindari, maka sudah semestinya ketakutan kepada corona itu menghantarkan orang untuk lebih takut kepada Allah. Karena Dia (Allah) sesungguhnya sebagai pencipta makhluk (corona) itu sendiri. Dan bagi orang beriman ketakutan kepada Tuhan sesungguhnya akan berujung pada kecintaan kepada-Nya. Cinta yang menenangkan. Cinta yang menghilangkan rasa takut.
“Demikian salah satu judul dalam buku ini, diantara banyak lagi judul-judul lainnya yang mengandung kekuatan cara berpikir yang sehat dan benar akan membangun narasi-narasi positif,” katanya.
Menurutnya, berbagai tulisan dan sajian informasi yang berisikan narasi positif sangatlah perlu untuk dikonsumsi oleh segenap aparatur Kementerian Agama maupun masyarakat luas, agar juga tumbuh dan berkembang iklim yang positif lebih luas lagi. Kami berharap kehadiran buku ini menjadi salah satu kontribusi kementerian agama dalam menghadirkan bahan bacaan yang mencerdaskan dan menjernihkan dalam menghadapi pandemi covid-19. (rilis)