teraju.id, Kalbar— Meskipun pemilihan Gubernur Kalbar berikutnya akan dilaksanakan tahun 2017, tetapi hiruk pikuk menjelang “penamaan calon” terdengar santer. Media massa, media sosial, kongkow-kongkow, sering membicarakan nama-nama bakal calon dan peluang-peluangnya.
Lalu, siapa yang akan digadang untuk melanjutkan kepemimpinan itu? Siapa mereka yang layak dicalonkan dan memiliki peluang itu?
Beberapa nama sudah muncul ke ruang publik dengan peluang dan kesempatan masing-masing. Beberapa di antaranya sudah menyatakan kesanggupannya baik terbuka maupun samar-samar. Beberapa lagi belum terdengar pernyataannya.
Dalam ruang publik kita ada nama Sutarmidji, Walikota Pontianak, yang dinilai sukses membawa perubahan besar di ibukota provinsi. Ada nama Ria Norsan, Bupati Mempawah yang dinilai sukses dengan kerja besarnya untuk Mempawah. Ada Adrianus Sidot yang dinilai bagus dalam kepemimpinannya sebagai bupati di Landak. Ada Hildy Hamid yang populer dari Kayong Utara. Ada Karolin, tokoh muda yang berkiprah di DPR RI. Ada M. Zeet Hamdy, Sekda Kalbar yang sukses sebagai penyeimbang. Bahkan, disebut juga Dr. Oesman Sapta, tokoh Kalbar di DPD RI, sebagai kandidat sangat potensial calon gubernur.
Tetapi, meskipun sudah disebut-sebut bakal menjadi calon, namun semua nama itu belum pasti. Semuanya masih dalam proses “tawar-tawar” dan “uji publik”. Semuanya masih dalam tahap coba-coba atau penjajakan. “Hitung-hitung” masih berlangsung.
Proses pencalonan yang nantinya ditangani oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) belum berlangsung. Jika diumpamakan “kebersamaan”, prosesnya baru pada tahap menjelang “merisik”, belum “antar pinang”. Partai-partai yang memiliki kapasitas menjadi perahu tumpangan calon belum “menamakan penumpangnya”.
Oleh sebab itulah publik sekarang ini harus menyadari bahwa siapa yang kelak akan benar-benar maju dalam pemilihan dan dipilih, kelaklah diketahui. Orang mungkin dapat memperkirakan, tetapi, perkiraan dalam politik –dan dalam banyak hal lain, bisa berubah-ubah. Hitung-hitungan dan matematika politik tidak sama dengan hitung-hitungan dalam mata pelajaran Aljabar atau Matematika.
Makanya, publik harus diingatkan “janganlah pening-pening sorang” memikirkan atau membaca “peta politik” Kalbar hari ini. Janganlah mabok dengan bumbu-bumbu yang mungkin terasa asin, asam, manis, pedas dan kecut.Biarlah yang pening itu orang-orang yang mau “digila-gilakan” karena memikirkan hitung-hitungan politik yang rumit.
Tentu saja kita menunggu sambil berdoa: siapa pun yang dinamakan atau terpilih kelak, semoga merupakan pilihan yang terbaik. Semoga pemimpin-pemimpin itu dapat membawa kita ke era yang selalu baik, era masyarakat yang tetap sejahtera, adil dan makmur. (*)