teraju.id, Pontianak— Di era kesejagatan di mana informasi dalam genggaman–apa yang terjadi di salah satu titik bumi bisa dengan segera diketahui pada bagian bumi lainnya–tak mudah menemukan sosok yang layak diteladani. Karena banyak yang masih butuh tepuk riuh dan berbagai pujian–bahkan tak jarang pujian itu dibeli–sebagai topeng kehidupan demi pencitraan. Tapi jangan berkecil hati di tengah maraknya kasus korupsi, tembak mati warga bangsa sendiri, dan atau kerusakan alam sehingga terjadi pemanasan global–hadir sosok muda menginspirasi bernama Viryan Azis.
Siapa Viryan Azis? Dia adalah aktivis masa reformasi bergulir di Tanah Air. Khususnya di Bumi kha-TULIS-tiwa (1998-1999). Ia berlatar aktivis HMI Cabang Pontianak (bahkan pernah menjadi ketua umum cabang Pontianak) dan menggeluti studi di Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura, juga merupakan Ketua Umum Senat Mahasiswa Perguruan Tinggi (SMPT) Untan sekaligus koordinator SMPT se-Kalimantan. Wajar orasinya tak kalah galak daripada aktivis haluan “kiri”.
Ia cerdas sekaligus moderat. Dia turut melahirkan “Kelompok Cipayung” versi Kota Pontianak yang saat itu menjadi “trendsetter” kawula muda. Yakni forum plural lintas etnis dan agama. Namanya Forum Kapuas. Forum Kapuas tersebut sangat disegani lantaran sejumlah provokator menjadikan etnis dan agama sebagai sekat seperti minyak dengan air.
Dan kini beberapa pentolan Forum Kapuas sudah naik ke pentas papan atas panggung politik. Selain Viryan Azis selaku komisioner KPU Kota Pontianak lalu naik kelas ke KPU Provinsi Kalbar–katanya sebagai bagian dari mengawal buah reformasi melalui pemilu yang berkualitas–juga Maskendari, Fraksi PDIP, anggota DPRD Provinsi Kalbar. Ada juga MS Budi yang kini Ketua KPI Kalimantan Barat. Eksistensi Viryan di KPU menurutnya agar terwujud impian pemilu berintegritas menjadi realitas daripada sekedar idealitas. Tak heran jika dia diamanahkan sebagai ex officio Tim Pemeriksa Daerah Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (TPD-DKPP).
Viryan Azis juga dikenal sebagai pemuda pelopor. Dia melahirkan gagasan besar berupa lahirnya Dompet Ummat (DU/2001/memimpin hingga tahun 2013/selanjutnya sebagai pembina hingga sekarang). Semula DU itu kecil, namun kini menggelembung membesar. Dia tak kenal lelah melakukan pemberdayaan kaum dhuafa, kaum miskin papa dan tertindas. Persis seperti visi Koran Kompas: Mengingatkan kaum atas dan membela kelas tertindas.
Di Kabupaten Sambas Viryan berhasil mengangkat citra tenun ikat. Bahkan berhasil tercatat dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) karena mewujudkan sesuatu yang musykil menjadi tak mustahil. Yakni kain tenun ikat Sambas terpanjang di Indonesia. Sampai kini tak ada yang melewati rekor tersebut. Super duper applaus.
Ia pernah dicatat sebagai pemuda pelopor di Provinsi Kalbar serta bertarung di level nasional untuk gerakan pemberdayaan ekonomi kecil dan menengah. Ia telah mengharumkan nama Kalbar, tapi tak pernah kenal lelah, terus bergerilya di pemberdayaan ekonomi untuk pinggiran Kapuas. Ia risau dengan urat nadi terpanjang di Indonesia itu lantaran berbagai ancaman negatif di dalam interaksi-sosialnya. salah satunya: Beting. Mendawai. Di organisasi formal pemberdayaan ekonomi, Viryan juga terlibat di berbagai organisasi aktivis di Kalbar.
“Saya pilih jalan sunyi, tanpa tepuk riuh dan sorak-sorai,” ujarnya rendah hati. Apalagi awal September ini (tanggal 4) adalah peringatan hari jadinya di mana banyak puja-puji secara langsung maupun media sosial dialamatkan. Viryan justru ambil langkah ziarah ke makam Soe Hok Gie. Ia menerawang cakrawala pejuang muda untuk tegaknya bangsa yang adil dan sejahtera. Ia yang juga “dikibau” sebagai calon pemimpin masa depan–apakah di kontestasi Pilkada Kota Pontianak maupun Provinsi Kalbar 2018–pilih sepi-menyendiri.
“Saya dinasehati ibu dan istri. Bahwa jalani saja yang sudah ada seperti sekarang ini. Tak akan melangkah ke kontestasi politik sedemikian itu,” ujarnya. Padahal jika kepercayaan itu diberikan, yakin dan percaya figur seperti Viryan Azis sangat tepat memegang amanah yang lebih tinggi–perwakilan anak muda Kota Pontianak atau Kalbar. Viryan satu di antara sedikit anak muda yang berani memilih jalan sunyi. Hiruk pikuk politik yang penuh dengan tepuk riuh di sana-sini dianggapnya sepi. Ia mengawal demokrasi lewat fungsi dan peran komisioner di KPU provinsi.
Di hari jadinya awal September kemarin, Viryan kepada kolega dan kawan-kawan aktivis menulis indah, “Saya menikmati proses merenung sejenak ditempat tsb diantara hiruk pikuk Jakarta. Hamparan nama, tanggal lahir dan mati, nisan, model makam, patung dan ukirannya menyatu menjadi sketsa sejarah masa lalu. Ada makam orang Belanda, Italia, Jerman, puluhan orang Jepang tewas perang dengan sekutu pada satu kuburan, peti mati Soekarno-Hatta serta Gie.
Saya membaca disitu akan penjajahan, perjuangan, pencerahan, pembodohan dan perlawanan. Perjuangan hidup mereka telah usai, perjuangan kehidupan mereka terus hadir hingga kini dan…Perjuanganku lebih mudah karena mengusir penjajah, tapi perjuanganmu akan lebih sulit karena melawan bangsamu sendiri – Bung Karno.
Selamat ulang tahun dari teraju.id, Viryan Azis. Jalan sunyi itu pastilah tidak sendiri. Yakin pula usaha sampai. Karena kebaikan tak pernah tertukar. Tuhan pun Maha Melihat apa yang kita perbuat. * (nuris)