Ibnu Qayyim al-Jauziyah seorang pemikir Islam mengatakan, “Dunia ini ibarat bayang-bayang, ketika engkau kejar, maka engkau tak akan dapat menangkapnya. Tapi, ketika engkau balikkan badan, maka bayang-bayang yang mengikutimu.”
Bayangan akan tampak, selama sinar mentari selalu hadir dimuka bumi. Tapi dalam setahun ada yang disebut dengan kulminasi. Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) pada: www.bmkg.go.id mengatakan bahwa: Kulminasi atau transit atau istiwa’ adalah fenomena ketika matahari tepat berada di posisi paling tinggi di langit. Saat deklinasi matahari sama dengan lintang pengamat, fenomenanya disebut sebagai Kulminasi Utama.
Pada saat itu, matahari akan tepat berada di atas kepala pengamat atau di titik zenit. Akibatnya, bayangan benda tegak akan terlihat “menghilang”, karena bertumpuk dengan benda itu sendiri. Karena itu, hari saat terjadinya kulminasi utama dikenal juga sebagai hari tanpa bayangan.
Datang saja ke Pontianak untuk mau merasakan tinggi hari tanpa bayangan tepat pukul 12.00 WIB (Waktu Indonesia Barat). Semua tak tak terkirakan dari tanggal 21-23 maret dan 21-23 September.
Di balik titik kulminasi itulah Walikota Pontianak giat menggerakkan perekonomian masyarakat agar bisa mengembangkan jiwa usahanya. Lurah sebagai ujung tombak gerakan memberdayakan masyarakat didorong untuk lebih berani berinovasi. Kesempatan ini tak disia-siakan oleh Lurah Tengah Kecamatan Pontianak Kota, Ade Marheni Dewi, S.STP. Tak takut dengan bayang-bayang ketidakpastian covid 19. Karena ayahnya H. Ade Joni seorang rimbawan dinas kehutanan provinsi Kalbar mengajarkan tak perlu takut masuk hutan. Apalagi punya sosok ibu Hj. Rosnani, MM. Pernah mendapatkan predikat guru teladan. Keteladanan ini yang ia kedepankan. Sekarang pun sudah mengerti untuk mengobati penyakit bernama masalah karena seorang dokter di rumah sakit Untan sudah menjadi suaminyi setia mendampinginya.
Ibu Lurah pun mulai melirik kegiatan di Gg Pipit ada ide Kampung Hijau Bang Jago. Ide ini muncul dari Ismail Syailillah berprofesi sebagai guru juga sebagai Sekretaris Pengurus Masjid Sirajul Islam. Maka nyambunglah guru dan anak guru.
Ide semakin berkembang dan bergulir lantas disambut Ketua RW, M. Yusni, dan RW 8, Marsaton, undangan rapat pun ditebar ke berbagai pihak masyarakat, dari RT, ibu-ibu PKK, Ketua Pengurus Masjid AKBP (Purn.) H. Zulkarnain dan jamaah masjid beserta ibu-ibu pengajian.
Pada tanggal 12 Maret 2021, setelah shalat Jumat rapat digelar di atas tikar dan hasil kesepakatan, semua pihak setuju bahwa gotong royong harus dikedepankan. Tak ada istilah menunggu, satu komando kebaikan harus segera ditebarkan.
Esok hari, Sabtu dan Minggu tanggal 13-14 Maret 2021 terbukti nyata. Kampung Hijau Bang Jago menyambut hari Air Sedunia oleh PBB (Water world) kelar terwujud. Akan bertepatan dengan hari tanpa bayangan (kulminasi).
Event Internasional dan Nasional pun dibalut dengan kulminasi yang direncanakan tepat tanggal 21-23 Maret 2021.
Gerakan ini bergulir terus seperti tawaf arah kanan ke kiri, seperti buka baut skrup.
Atau membuka dengan obeng plus menjadi plus plus plus (+++).
Melebar keluar membesar tapi semakin terarah. Karena event harus dikawal oeh ahlinya.
Kegiatan pun disusun secara marathon dan matang. Waktu seminggu benar terwujud. Hasilnya tuntas karena kegiatan berjalan sukses luar biasa bagi masyarakat Kelurahan Tengah dimulai tanggal 21 Maret 2021 pagi tadi. Kegiatan dibuka oleh Pak Walikota Pontianak. Ir. H. Edi Rusdi Kamtono.
Event ini dari ide keseharian cinta lingkungan yang dilakukan Ismail Syailillah sekeluarga yang selalu berprinsip kebersihan sebagian dari iman. Kemudian bertawaf terus hingga membesar dengan masyarakat Gg Belibis dan Gang Pipit yang tergabung di lingkungan RW 7 dan RW 8.
Hanya butuh waktu 2 minggu.
Hari ini tuntas dengan berkah dari Allah (hujan sore waktu berita ini ditulis). ”Allahumma shayyiban nafi’an” (Ya Allah turunkanlah pada kami hujan yang bermanfaat)” Hadist bukhari No. 1032.
Besok event Hari Air Sedunia dengan tema “Air Sumber Kehidupan” sudah disusun. Hingga berlanjut tanggal 23 Maret 2021 Puncak Kulminasi kota Pontianak pada hari Selasa.
Kegiatan masih tetap dengan berbagai festival. Mulai dari Festival Handycraft, Festival Ikan Cupang, Festival Aneka Tanaman dan Festival Jajanan Tradisional.
“Kedepannya, Kampung Hijau Bang Jago tetap kite kawal dengan berbagai keunggulan lokal. Tunggu saje tak habes disini,” kata Bu Lurah tersenyum simpul.
Di balik cerita event ini, ada sosok sederhana selalu peduli dengan UMKM. Tokoh HIPMI Kota Pontianak. Entrepreneur sejati. Sejak kuliah tahun 1995 di Fakultas Pertanian Untan. Ide tentang ekosistem dan ilmu sinergisitas telah menumbuhkan pohon kreativitas dan mulai mengakar tumbuh menjajal dunia Event Organizer.
Ario Sabrang, SP. Pria kelahiran Pontianak, 19 Juli 1976. (gambar sebelah kanan atas)
Tahun 1996, masih 20 tahun usianya, dia menjadi Master Of Ceremony (MC)
Hasilnya, dia berkesempatan bergabung di Radio Volare lanjut menjadi Direktur Radio Vista. Hingga dia tuntaskan untuk berdiri sendiri: publik speaking, MC, EO-MICE, Ario juga merintis bisnis Belanja Online Belanja Pasar, bisnis kuliner bakso dan Rumah Nutrisi.
25 Tahun sudah dia lewati, suka duka event organizer sudah dia rasakan. “Semuanya menjadi indah. Karena pahit, manis dan asam saye merase bahagie. Hidup toh mengalir saje, Mengalir seperti air sumber kehidupan. Tak bakalan hijau kalo tak ada air. Bise-Bise kering. Lalu kering seperti Climate Change,” ujar Ario Sabrang tersenyum.
Sosok inilah yang selalu mengawal kegiatan Kampung Hijau bang Jago agar selalu pada jalur dan track yang sudah disepakati. “Bang Ario nih, bagi kami warga Gg. Belibis dan Gg. Pipit seperti pahlawan super hero, dia datang pas emang kite perlukan. Punye ide yang brilliant. Emang maestro lah,” kate Rita dan Lina diiyakan juga Pak Nurul Huda sehari-hari sebagai Imam Masjid. Pak RT 1 RW 7, Kamal beri dua jempol senyum simpul.
Ketika ditanyakan kenapa besar peduli terhadap UMKM, “Covid 19 nih menyadarkan saye, bahwa bermanfaat untuk orang banyak tuh itulah tujuan hidup, seperti Air Sumber kehidupan.
“Kalo pun ada satu doa yang diperkenankan, Hambe minta bise naek haji same kawan-kawan UMKM dalam satu rombongan.”
Getaran nilai tawaf itulah yang dirasakan Walikota Pontianak ketika menerima undangan untuk hadir membuka acara Kampung Hijau Bang Jago di Kelurahan Tengah. Setelah shalat Jumat dilakukan (19/03/2021), Walikota dikukuhkan kembali sebagai Ketua DMI (Dewan Masjid Indonesia) Kota Pontianak di Aula Masjid Raya Mujahidin. Baca: https://teraju.id/community/dmi-masjid-saling-bersinergi-18075/
Amanah pun diterima kembali. Beliau berharap kedepannya antara masjid yang satu dengan lainnya bisa saling bersinergi dan bersama-sama menjadikan fungsi masjid untuk kebaikan. “Kalau masjid sudah bersinergi otomatis mudah untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.”
Berangkat dari pernyataan tersebut diatas, besarnya dukungan Walikota Pontianak kepada Lurah Tengah dan warganya. Membuatnya bisa merasakan bahwa hari ini, program DMI Kota Pontianak yang dia ucapkan dua hari lalu di Aula Masjid Muhajidin, bahwa ”Masjid apabila sudah bersinergi, otamatis mudah untuk meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat.”
Hari ini terbukti nyata. Berkah langitpun melimpahkan hujannya, ”Dialah, yang telah menurunkan air hujan dari langit untuk kamu.”
Tulisan ini adalah edisi penutup, “Air Sumber Kehidupan”. Ada empat hal yang perlu dicatat:
Pertama: Berkisah seperti apa tetes air bisa memecahkan batu tapi tak butuh waktu lama.
Kedua: Air selalu mengalir ke tempat yang rendah, air selalu merendah tak punya rasa angkuh minta ke atas.
Ketiga: Airlah yang mengalir ke sungai menuju muara, “Sesungguhnya surga itu, mengalir di bawahnya sungai-sungai.” Air selalu membawa kebaikan.
Keempat: Air dipaksa naik ke atas, tapi tetap kembali ke bawah, karena ada panas matahari (Kulminasi) ditiup angin kemudian bergumpal dalam awan, lalu balik ke bumi. “Dialah yang mengirimkan angin sebagai pembawa kabar gembira, mendahului kedatangan rahmat-Nya (hujan). Sehingga, jika angin itu membawa awan mendung, Kami halau ke suatu daerah yang tandus, lalu Kami turunkan hujan di daerah itu.” (QS al-A’raf [7]: 57).
Mari jaga Air Sumber Kehidupan, “Maka nikmat Tuhanmu yang manakah yang kamu dustakan.”