Oleh: Siti Muslikhah
Saya datang terlambat pada saat pertemuan dengan beberapa orang mahasiswa dari Humberg University, jadi banyak cerita yang saya lewatkan. Ketika saya datang, Mbak Dwi sedang menceritakan tentang 2 orang mahasiswa yang sekarang ini sudah seperti saudaranya sendiri. Mbak Dwi bercanda gurau dengan Amel yang kebetulan duduk di sampingnya.
Amel Arnold, luna dan Filip. Mereka bertiga menjadi pusat perhatian saat kami melaksanakan pertemuan. Amel, Luna dan Filip menceritakan pengalamannya ketika berada di Kalimantan. Amel merupakan blasteran Indonesia – Jerman, sedangkan Luna memang lahir di Indonesia dan besar di Jerman. Ayah ibunya orang Bandung pindah ke Jerman semenjak Luna berusia 3 tahun. Luna besar dan belajar di Jerman.
Kedatangan Amel dan Luna kami sambut terbuka. Itulah untuk kesekian kalinya Club Menulis kedatangan tamu dari luar negeri. Senangnya, bisa dapat banyak ilmu dari sesama mahasiswa yang berbeda kampus dan negara.
Amel dan Luna yang kuliah di Universitas Hamburg jurusan budaya dan bahasa Asia Tenggara yang saat ini sedang magang di TOP Indonesia. Mereka tertarik melakukan mempelajari tentang Kalimantan Barat karena beragam budaya dan etniknya.
Mereka yang jauh saja tertarik mengeksplor di Kalimantan, mengapa kita sendiri yang tinggal dan menetap di wilayah sendiri tidak menggalinya lebih jauh lagi.
Ketika tiba giliran ketua Club Menulis untuk menceritakan perihal berdirinya Club Menulis hingga sekarang. Kak Ninda menceritakan sejak awal berdirinya Club Menulis hingga sekarang ini dan karya-karya yang sudah dihasilkan di Club Menulis.
Kalau di luar “Jangan lihat buku dari covernya, tapi isinya”. Tapi berbeda dengan Club Menulis, “Lihat covernya, isinya nanti”. Club Menulis itu tidak mengharuskan anggotanya untuk menulis Bagus, tulis dulu 3 atau 4 tahun nanti baru terasa hasilnya.(Penulis adalah anggota Club Menulis IAIN)