Oleh : Khatijah
“Balek kampong ooo, balek kampong”.
Kira-kiraseperti itulah nyanyian anak perantauan musim selesai ujian. Bebas melanda, tak ada ujian, tak ada tugas, dan yang pastinya bagi kami anak kos-an pulang ke rumah bertujuan memperbaiki gizi. Tidak ada lukisan yang mampu mengambarkan betapa bahagianya anak rantau pulang ke kampung halaman bertemu sanak saudara, teman lama (tidak kekasih lama), suasana kampung, hiruk pikuk nyanyian burung semuanya akan membalaskan rasa gundah melanda sejak kepergian kami menuntut ilmu di khatulistiwa.
Berbicara pulang kampung banyak hal yang harus disiapkan seperti membawa motor ke bengkel untuk dicek mampu tidaknya sampai di tujuan, oleh-oleh untuk orangtua, keluarga maupun tetangga, dan banyak lagi, yang lebih penting keselamatan diri sendiri agar tetap sehat wal afiat untuk bertemu dengan orang yang telah lama menunggu kepulangan kita.
Tentang pulang kampung tidak selamanya berbicara tentang kebahagiaan, kembali lagi. Tuhan selalu menciptakan apa yang ada di dunia selalu berpasangan, iya kebahagiaan pulang kampung itu hari ini telah sirna dengan planing-planing yang sudah dicatat sebelum pulang karena di perjalanan teman kami bernama Egi Irfan, mengalami kecelakaan dan berpulang ke rahmatullah (innalilahiwainailahirojiun). Kecelakaan yang belum dipastikan apa penyebabnya karena belum ditemukan saksi mata kejadian tersebut, sekarang mayat masih berada di puskesmas Jungkat.
Kejadian ini memang bukan untuk yang pertama kali, dan bahkan banyak korban-korban pembawa motor yang meninggal di jalan, tidak ada yang bisa dipersalahkan toh setiap manusia punya hak asasi manusia (HAM) masing-masing untuk membawa hidupnya ke arah mana.
Sebagai peringatan kejadian yang telah terjadi sebaiknya kita ambil pelajaran, dan jika lebih teliti mungkin hal tersebut tidak akan terjadi karena sudah banyak sekali pamflet, maupun baleho yang bertuliskan kalimat memperingatkan salah satunya, “Ngebut berarti maut”, “Keluarga menanti di rumah”, “Awas celake !!, mun masih sayang nyawe bemotor sah laju gilak” dan banyak lagi.
Untuk yang terakhir kalinya, selamat jalan Egi Irfan, semoga keluarga yang ditinggalkan tabah dan ikhlas karena kematian bukan akhir dari segalanya perjalanan hidup manusia melainkan awal mulanya kehidupan baru di alam sana.
Pontianak, 19 Januari 2018