in

Bersantai di Kapal yang Lapang

kapal motor batu ampar

Oleh: Yusriadi

Pergi ke Batu Ampar perlu nyali. Apalagi di musim angin barat. Meskipun alur perlintasannya melalui delta sungai Kapuas, tetapi ancaman gelombang tetap sesuatu yang mengerikan bagi sebagian orang saat naik kendaraan air ke sana. Apalagi saat melintasi muara Kubu, yang terdedah pada sisi laut Cina Selatan yang bergelora. Gelombang tinggi sesekali bisa muncul menyusul hujan dan angin.

Saya kira anggapan tentang ancaman bahaya itu tidak berlebihan. Dalam perjalanan ke Batu Ampar pekan lalu baik pergi maupun pulang saya mengalami horor itu.

Speed laju terpukul gelombang selama puluhan menit saat melintasi muara. Cipratan air dari gelombang meloncat masuk ke dalam perahu. Sementara di sisi kiri dan kanan terlihat air bergejolak dengan back ground kegelapan. Sejumlah penumpang berteriak histeris dan “berbaca-baca”. Seakan-akan waktu dijanjikan hampir tiba.

Maka, saya tidak heran ketika ada teman yang enggan ke Batu Ampar.

“Saya ndak usah di Batu Ampar. Gelombang lagi kuat,” katanya.

Teman lain yang ditempatkan di kota kecil ini menanyakan ketersediaan jaket pelampung untuk keselamatan perjalanan.

Tapi secara keseluruhan sebenarnya perjalanan ke pulau ini aman. Apalagi menumpang kapal relatif besar, seperti kapal motor Bintang Fortuna.

Malah, saat perjalanan kali ini saya dan teman-teman mengikuti kapal yang lapang dan penumpang yang sedikit, cuaca yang relatif cerah. Gelombang memukul lambung kapal perlahan.

Beberapa penumpang duduk di anjungan. Berfoto dan duduk bersantai.(*)

Written by Yusriadi

Redaktur pada media online teraju.id dan dosen IAIN Pontianak. Direktur Rumah Literasi FUAD IAIN Pontianak. Lulusan Program Doktoral ATMA Universiti Kebangsaan Malaysia, pada bidang etnolinguistik.

konser 107 sh ii

22 Oktober 1946 “Starting Poin Kenegarawanan Sultan Hamid II”

turiman

Munajad Kalimantan Barat untuk Pemerintah Pusat