Oleh: Ambaryani
Hampir 2 minggu terakhir, banyak durian dijual di tepi jalan pasar Kubu. Beberapa rumah warga di Jangkang ada juga yang menjual durian hasil kebunnya sendiri. Durian diletakkan di atas meja tepi jalan.
Setiap pulang kerja menuju rumah kos yang letaknya di wilayah pasar Kubu, buah berbau harum menyengat dan berduri tajam itu sudah ready untuk dijual. Ditumpuk rapi di sisi jalan depan pangkalan ojek pasar Kubu dan depan warung tak jauh dari belokan pasar menuju Polsek Kubu.
Semerbak harumnya, saya tergoda untuk mendekat. Durian yang dijajakan berasal dari desa Air Putih. Tengkulak membeli langsung dari petani yang kemudian dijual kembali pada penjual di pasar.
Durian yang dijual, sudah melewati tangan ke tiga. Harga durian yang kecil sebesar kepalan 2 tangan orang dewasa dibandrol 15 ribu, ukuran sedang 25 ribu. Hanya ada 2 ukuran saja. Tapi sejauh pengamatan saya, durianya ok.
Tidak banyak yang cacat atau busuk.
Dari sisi kualitas, bervariasi. Ada daging buah yang tebal, ada juga yang tipis. Ada yang manisnya maknyus, ada juga yang tawar, begitu pengakuan teman sekantor saat mencoba membeli durian Air Putih yang dijual di Kubu, sepulang kerja kemarin.
Menurut pengakuan pengumpul yang berasal dari desa Kuala Ambawang itu, sudah 2 kali dia mengangkut durian hari itu. Butuh waktu 1 jam untuk sampai ke wilayah petani durian di desa Air Putih.
“Kalau abang maok harga yang lebih murah, ambek sorang durian e, aku tunjokkanlah tempat e, 1 jam dari sinik”, kata Ibu pengumpul durian bernegosiasi dengan penjual durian yang sedang menyusun buah jualannya.
“Tunggu durian ini abeslah baruk ambek agik”, kata si abang penjual tersenyum.
“Lamaklah kalau nunggu durian ni habes”, katanya.
. (*)