Oleh: Tuti Alawiyah
Mungkin kita sudah mengetahui maksud ajakan “Jadilah subjek bukan objek lingkungan”. Tapi, bagaimana jika terjadi sebaliknya kita yang menjadi objek bukan subjek lingkungan.
Dalam ajakan tersebut terdapat dua kata kunci yang perlu diuraikan agar kita pahami maksud dari kalimat tersebut. Kata kuncinya adalah subjek dan objek.
Subjek merupakan pemeran utama atau pelakon. Subjek berupa kata benda semisal nama seseorang, sapaan seseorang, hewan, benda, tumbuhan dan lain sebagainya. Contoh dalam kalimat “Surya membeli buku di pasar” subjeknya adalah Surya. Namun, di sini subjek diartikan orang yang patut dijadikan contoh atau menjadi pribadi yang tak terlupakan. Salah satunya menunjukkan keseriusan kita.
Penting bagi kita menunjukkan keseriusan. Sebab, dengan keseriusan kita akan memperoleh sesuatu yang diinginkan, lebih dihargai dan mendapatkan nilai tinggi. Contohnya, ketika seorang mahasiswa mendengarkan penjelasan dari dosen maka untuk memperoleh pengetahuan ia akan serius mendengarkan dan untuk memperoleh nilai tinggi ia akan mengerjakan dengan serius. Jika ia mampu menunjukkan keseriusan dengan baik, maka akan memperoleh hasil yang baik pula.
Hal ini hampir bisa dipastikan, setiap orang memilih untuk serius dalam hal apa pun. Keseriusan seseorang dapat terlihat saat ia menjalani sesuatu dengan sepenuh hati. Bukan hanya berstatus sebagai mahasiswa, dalam hubungan pekerjaan seseorang juga bisa dipertimbangkan apakah pantas dipekerjakan atau dipecat/PHK. Bukan hanya dalam pekerjaan dalam semua hal, misalnya hubungan asmara, kekerabatan, pertemanan, pernikahan dan lain sebagainya.
Itulah makna ajakan menjadikan diri kita subjek bukan objek. Semoga kita dapat menunjukkan keseriusan dalam melakukan aktivitas bermanfaat, sehingga hasil yang diperoleh sebanding dengan keseriusan yang telah dilakukan.