in

Jelang Hari Kesaktian Pancasila–Usulan untuk ILC Bung Karni Ilyas

WhatsApp Image 2020 09 26 at 17.18.22

Oleh: Nur Iskandar

Mungkin banyak yang tanya apa bukti secara the facto dan de jure Pemerintah Pusat mengakui Sultan Hamid II Pahlawan Nasional–berikut ini bukti konkretnya: Foto bicara….link bisa dibuka….Kesemua itu adalah sumbangsih Yayasan Sultan Hamid II Alkadrie kepada NKRI.

WhatsApp Image 2020 09 26 at 17.18.22 1
WhatsApp Image 2020 09 26 at 17.18.23

Pengakuan sejak 2016 ini dipresentasikan di hadapan 15 guru besar di Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Kita lihat saja Kementerian Sosial yang mengurusi gelar Pahlawan Nasional bersikap aneh sendiri. Sebagai wartawan saya melihat ada keganjilan di Departemen Sosial. Sebab Dewan Gelar mengakui tak pernah terima naskah pengajuan dari Kalbar–kan aneh bin ajaib tata kelola administrasinya. Think twice before 1st Oktober when we have the Dignity of Pancasila atawa Pancasila Sakti.

NB: Saya menghimbau agar lebih banyak lagi wartawan melakukan investigasi atas kasus sejarah yang dibelokkan ini. Cecar habis-habisan. Semestinya juga Bang Karni Ilyas berani mengangkat tema ini di 1 Oktober nanti. Mumpung narasumber masih banyak yang hidup seperti Prof Dr Salim di Universitas Pertahanan semasa muda ketika kerja di Majalah Tempo Beliau adalah jurnalis pertama Indonesia yang wawancara langsung dengan Westerling–sosok utama Pemberontakan APRA di Bandung-1950. Juga masih sehat wal afiat Fadli Zon yang jumpa langsung putra kandung Sultan Hamid II di Belanda–Max Yusuf Nico Alkadrie dan Fadli Zon juga bersama Max Nico menyerahkan foto Sultan Hamid di Kedubes Indonesia di Belanda. Masih ada budayawan Betawi Riduan Saidi. Masih ada putri Sang Proklamator Prof Dr Meutia Hatta di mana pemikiran Hatta sangat dekat dengan Hamid yakni bentuk negara Indonesia yang terbaik mestinya adalah federalis–saksikan film Soekarno di mana Hatta menyebut persatuan sebagai persatean saking jengkelnya–kelak Hatta tak tahan dan mengundurkan diri dari posisi Wapresnya Bung Karno. Bahkan Hamingkubuwono pun mengundurkan diri dari Menko Ekuin di masa Soeharto menjadi diktator. Masih banyak narasumber apik dan ciamik untuk Peristiwa Hamid. Saya yakin Refli Harun, Mahfud MD, Mahendra Petrus, Turiman Faturahman Nur, Anshari Dimyati, Prof Dr Andi Hamzah dll akan bersuara lantang……*

Written by Nur Iskandar

Hobi menulis tumbuh amat subur ketika masuk Universitas Tanjungpura. Sejak 1992-1999 terlibat aktif di pers kampus. Di masa ini pula sempat mengenyam amanah sebagai Ketua Lembaga Pers Mahasiswa Islam (Lapmi) HMI Cabang Pontianak, Wapimred Tabloid Mahasiswa Mimbar Untan dan Presidium Wilayah Kalimantan PPMI (Perhimpunan Pers Mahasiswa Indonesia). Karir di bidang jurnalistik dimulai di Radio Volare (1997-2001), Harian Equator (1999-2006), Harian Borneo Tribune dan hingga sekarang di teraju.id.

ikan segar

Ikan Segar Bu Desi

sultan hamid II Perancang Lambang Negara

Peran Sultan Hamid II kepada Negara Indonesia Merdeka–Buka Kacamata Kuda