in

Mencari Jati Diri Bersama Sahabat Putih Abu-Abu

sahabat putih abu abu

Oleh:Saripaini

“Sahabat” adalah orang yang selalu ada untukmu, orang yang setia memani dalam suka dan duka dan sahabat juga diumpamakan sebagai bintang, bukan Bintang teman kelasku tapi bintang di langit. Ya, bintang yang selalu ada, senantiasa berpijar tak peduli siang atau pun malam. Dia Setia.

Berawal dari memilih ekstrakurikuler yang sama, itu menunjukkan kami mempunyai tujuan yang sama walau memiliki alasan yang berbeda.

Mengikuti ekstrakurikuler itu artinya siap sibuk dan siap menjadi orang sibuk dan itu bukanlah hal yang buruk bagi si putih abu-abu, bagaimana pun masa putih abu-abu merupakan masa pencarian jati diri, dimana Umur remaja adalah umur peralihan dari anak menjelang dewasa, yang merupakan masa perkembangan terakhir dari pembinaan kepribadian atau masa persiapan untuk memasuki umur dewasa, problemnya tidak sedikit, untuk menuju kedewasaan, remaja akan menemukan berbagai tantangan.

Menghabiskan waktu dengan hal-hal yang positif adalah salah satu cara untuk selamat dari badai pubertas. Dan kami memilih Paskibra, organisasi terpopuler di sekolah .

Waktu merayap pelan, hari tetap berganti begitu juga bulan dan tak terkecuali tahun, kami menemukan satu persamaan lagi. Bayangkan butuh waktu satu tahun untuk menemukan persamaan yang baru dan kurasa ini adalah persamaan terakhir yakni persamaan tanggung jawab dimana tanggung jawab pengibaran bendera pada hari Senin telah menjadi tanggung jawab angkatan 10.

“Satu untuk semua semua untuk satu” itulah motto Paskibra SMA N 1 Sungai Kakap. Maknanya jika satu salah maka semuanya salah, jika satu orang yang benar maka semuanya salah. Begitulah kira-kira.

Untuk meminimalisir kesalahan, maka kami harus berlatih walau terkadang tanpa pelatih, letih itu pasti tapi kami tak peduli. Lapangan adalah rumah kedua kami, jangan tanya lagi warna kulit yang dinomor sekiankan, walau terkadang ada yang pakai jaket, sarung tangan, masker bahkan helm. Jangan berfikir kalau kami latihan dijalan raya atau di lapangan itu ada polisinya. Tidak ada polisi, mereka memang lebay. Tidak semua hanya 3 orang.

Sebenarnya latihan bukanlah masalah satu-satunya dan bukanlah yang nomor satu. Tapi pengabsenan masalah dan cara kami menyelesaikannya bukanlah bagian dari tulisan ini, yang terpenting adalah hasilnya yakni KEBERSAMAAN. Karena itulah si mulut pedas, si jaim, si alay, si lebay, si tomboy, si hebo, si lola, si air mata, si polos, si ember, si sibuk, si sok bijak, si kalem dan si regilius (nama samaran lebih tepatnya julukan) bisa bersatu untuk mencapai tujuan yang sama. Ya, itulah kenyataannya persatuan terjadi karena adanya kesamaan nasib dan berada dalam situasi yang sama.

Kebersamaan berlanjut melahirkan kekompakan, kami cocok walau karakter kami tak seragam seperti pakaian yang kami kenakan dulu. 2 tahun telah berlalu sejak kami tak mengenakan seragam putih abu-abu tapi kehangatan kebersamaan masih terasa. Karena kami sahabat adalah sosok yang setia menemani dalam suka maupun duka.

Punggur Kecil, 20 Januari 2018

Written by teraju

IMG 20180120 072915 636

Hikayat Tanjung Bunga Teluk Pakedai

embun pagi

Kuncinya Ikhlas