Oleh: Ambaryani
Menjelang siang Jumat kemarin, saya menuju kantor TASPEN Pontianak Tujuannya, membuat kartu. Tidak terlalu bayak sebenarnya yang antri. Saya dapat antrian 9.
Tapi, entah kenapa, lama…benar pergantian nomor antriannya. 1 nomor lebih 15 menit duduk di depan meja petugas. Ibu-ibu yang duduk di samping dan belakang saya sudah kasak kusuk. Beleter. Mengeluhkan antrian yang begitu lama.
Saya senyum-senyum sendiri mendengarnya. Dulu mungkin saya sama seperti ibu-ibu itu, kalau sedang menunggu antrian. Banyak orang yang bilang, menunggu adalah hal yang paling membosankan.
Tapi, saya sudah move on sekarang. Menunggu sudah jadi hal yang biasa, malah bisa jadi hal yang asyik. Semakin lama menunggu, semakin banyak tulisan yang bisa saya selesaikan.
Ya, kalau sedang menunggu, saya isi dengan menulis. Teknologi canggih, sayang kalau tak dimaksimalkan. Walaupun handphone saya tak canggih-canggih benar. Tapi, alhamdulillah bisa untuk ngetik, menuangkan ide. Semua tulisan-tulisan saya ketik di Hp.
Selesai 1 tulisan, saya pindah kursi di depan teller bank di kantor TASPEN. Ada ibu-ibu yang sedang menggurus TASPEN almarhum suaminya.
Ibu itu, asal Selimbau. Suaminya belum setahun meninggal. Kata beliau sudah beberapa bulan uang pensiun suaminya tidak cair. Beliau ke Pontianak untuk mengklarifikasi hal itu.
Kata beliau, petugas menjelaskan kalau tabungan pensiun tak bisa diambil lewat ATM, harus tarik di bank langsung. Selain itu, setiap bulannya tabungan pensiun harus ditarik habis.
“Saya biasanya cuma tarik Rp. 500 ribu sebulan, ndak habis. Itu yang buat bermaslah dan buat tak cair beberapa bulan terakhir”, kata Bu Salimin yang juga pegawai di Selimbau.
Kata beliau, susah kalau harus tarik lewat bank langsung. Rumah beliau jauh dari bank ataupun kantor pos. Repot kata beliau.
Seribet itukah mengambil dana pensiun? Patutlah, setiap awal bulan, di kantor pos, banyak pensiunan pegawai yang antri. Dulu saya bertanya-tanya, kenapa tak diambil lewat ATM saja? Sekarang saya temukan jawabannya. Saat saya menunggu antrian untuk menjadi anggota TASPEN.
Tapi, entahlah. Saya sendiri belum tahu bagaimana jelasnya alur pencairan dana pensiun tiap bulannya. Belum dapat banyak informasi. Semoga ada perubahan sistem ini, kelak. Agar saat saya tua nanti tak harus seribet ini mencairkan hak yang memang sudah seharusnya diterima. Amin. (*)