Oleh: Ambaryani
Hari ini, saya kembali mengunjungi Puskesmas Karya Mulia di Jalan Ampera, Pontianak. Awalnya, saya tahan untuk tidak berobat. Berharap luka di kaki akibat terjatuh di Jangkang 2 Kamis lalu bisa diobati sendiri, setelah dibalur obat herbal. Tapi ternyata si luka tambah peradangan dan bengkak.
Pagi itu, parkiran Puskesmas tidak terlalu padat. Karena di hari Senin-Jum’at, biasanya parkiran full. Ada 1 petugas yang sedang menyapu halaman Puskesmas, di area parkir. Ada sampah dedauan dan ranting kering dari pohon yang tumbuh di depan Puskesmas.
Saat saya masuk ke dalam Puskesmas, dengan kaki pincang sebelah, kursi tunggu pasien lengang. Hanya ada 1,2 pasien di sana. Ada 1 laki-laki berkemeja putih dan celana hitam duduk sendiri di sana. Saya tak terlalu ngeh. Saya pikir pasien.
Saya langsung ke meja registrasi. Saya keluarkan kartu berobat, tak lama kemudian saya disilahkan menunggu.
Saya ambil posisi kursi pas di depan ruang dokter umum. Ada 2 ibu-ibu yang juga sedang menunggu guliran di sana.
Yang membuat saya heran saat itu, pasien tidak ramai, tapi petugas Puskesmas sibuk mondar-mandir. Seperti sedang menyiapkan sesuatu. Ada petugas laki-laki yang keluar membawa ampli, pengeras suara yang diletakkan persis di depan meja registrasi.
Setelah chek sound, petugas yang lain duduk di kursi tunggu paisen. Laki-laki berkemeja putih kemudian mengambil alih mikrofon. Beliau membuka dengan salam, kemudian memberikan arahan.
Banyak yang disampaikan oleh laki-laki berkemeja putih itu. Dari apa yang harus disiapkan untuk menghadapi tim akreditasi, bagaimana menyikapi tim yang akan datang, dan banyak hal lain yang beliau sampaikan.
“Akreditasi jangan dijadikan beban, karena ini memang proses yang harus kita lewati. Tim akreditasi datang sifatnya untuk bimbingan, jadi sampaikan saja apa yang menjadi kendala di Puskesmas Karya Mulia ini,” kata beliau.
Dan belakangan, setelah pengarahan selesai, baru saya ketahui. Ternyata laki-laki berkemeja putih dan celana panjang hitam yang duduk di bangku pasien adalah Kepala Dinas Kesehatan Kota Pontiank, Sidik Hamdani. (*)